YPMAK

Anak-anak Kamoro Siap Gapai Mimpi, Claus Wamafma: Bangga Melihat Anak Papua Sekolah

Tribun-Papua.com/Marselinus Labu Lela
Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK) tahun ini mengirimkan 20 calon mahasiswa dari Suku Kamoro dan 40 calon mahasiswa dari Suku Amungme, Kabupaten Mimika. 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Marselinus Labu Lela

TRIBUN-PAPUA.COM, TIMIKA - Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK) tahun ini mengirimkan 20 calon mahasiswa dari Suku Kamoro dan 40 calon mahasiswa dari Suku Amungme, Kabupaten Mimika.

Pengiriman mahasiswa ini untuk mengikuti program bimbingan prakuliah yang diselenggarakan Yayasan Bina Taruna Bumi Cenderawasih (Binterbusih) di Semarang, Jawa Tengah.

Baca juga: Pokja Koperapoka Bentuk Puluhan Kelompok Binaan Ekonomi, Gunakan Dana Program Kampung YPMAK

YPMAK selaku pengelola Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) terus mengembangkan program-programnya.

Salah satunya dengan pemberian beasiswa kepada anak-anak dari Suku Amungme dan Suku Kamoro serta 5 suku kekerabatan lainnya swperti Dani, Damal, Moni, Mee, Nduga untuk melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang universitas.

 

07082024-Anak-anak_Komoro-2
Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK) tahun ini mengirimkan 20 calon mahasiswa dari Suku Kamoro dan 40 calon mahasiswa dari Suku Amungme, Kabupaten Mimika.

 

“Kami bangga dan senang melihat anak-anak Papua bersemangat melanjutkan sekolah. Beasiswa ini adalah salah satu upaya kami memastikan anak-anak Papua khususnya Amungme dan Kamoro, serta masyarakat asli Papua lainnya mendapatkan kesempatan yang luas untuk menuntut ilmu,” kata Direktur dan EVP Sustainable Development and Community Relations PTFI Claus Wamafma, Selasa (6/7/2024).

Claus mengatakan, Freeport Indonesia berkomitmen untuk mendukung pendidikan di Papua terlebih khusus Kabupaten Mimika.

Kuota beasiswa dari YPMAK tahun ini sebanyak 3.000 mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi dengan sekolah tujuan tersebar di Papua dan luar Papua.

Baca juga: Gunakan Angaran Program Kampung YPMAK, Segini Penghasilan Kelompok Usaha Cakbor di Mimika

“Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Ini yang kami selalu tekankan kepada anak-anak dan orang tua."

"Oleh karena itu anak-anak harus mau belajar dan orang tua mendorong anak-anak untuk bersekolah diluar Timika,” katanya.

Sementara Pembina Yayasan Binterbusih, Paul Sudiyo mengatakan pendidikan prakuliah bertujuan untuk mempersiapkan para penerima beasiswa secara akademis dan psikologis agar mereka dapat menyesuaikan diri dan mampu menyelesaikan studinya dengan baik dan tepat waktu.

“Para penerima beasiswa mendapat berbagai bimbingan antara lain dasar-dasar akademik, pembentukan karakter dan pengenalan budaya setempat."

Baca juga: Pria Asal Suku Kamoro, Leonardus Tumuka Jabat Direktur YPMAK Periode 2024-2029

"Jadi dengan bimbingan intensif dan persuasif dari para pengajar dan mentor diharapkan mereka mampu beradaptasi dalam berbagai mata pelajaran dan lingkungan sosial mereka yang baru,” kata Paul.

Paul menjelaskan, dalam pendidikan prakuliah ini, Binterbusih juga bekerja sama dengan perguruan tinggi menyediakan dosen pembimbing sesuai kebutuhan para anak didik.

Melalui pertemuan mingguan dan bulanan antara dosen pembimbing dengan anak-anak maka diharapkan anakanak termotivasi untuk menjalani proses pembelajaran," ucapnya.

Di sisi lain salah satu penerima beasiswa Yohana Tumuka mengaku senang meraih beasiswa untuk melanjutkan sekolah.

 

 

“Bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena melalui beasiswa YPMAK ini, saya mendapat peluang untuk berkuliah di luar Papua, tepatnya di Semarang, Jawa Tengah. Saya ingin ambil jurusan Psikologi,” katanya.

Remaja Kamoro ini menilai program bimbingan Binterbusih sangat bermanfaat karena ia mendapat kesempatan berdiskusi dengan mahasiswa jurusan psikologi, membaca banyak buku dan artikel psikologi, serta beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru.

“Dengan ilmu yang akan saya pelajari, saya berharap bisa membantu orang tua dan terutama anak muda di Papua, khususnya Kamoro, Mimika yang masih banyak menikah pada usia muda,” kata Yohana. (*)