ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Info Jayapura

Program AKSI Latih 32 Guru di Kabupaten Jayapura Gerak Fisik dan Edukasi Gizi

Pembiasaan aktivitas fisik, edukasi, dan pemenuhan gizi bagi anak sekolah menjadi dua komponen penting dalam RAN PIJAR.

istimewa
PELATIHAN WVI- Pelatihan AKSI berkolaborasi bersama program studi Penjaskesrek (Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi) FKIP Universitas Cenderawasih dan Universitas Nusa Cendana Kupang, Balai Penggerak Papua, dan Balai Penjaminan Mutu. Foto: Istimewa. 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjannah Kurita

TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI - Program Anak Kuat, Sehat, dan bahagIa (AKSI) dari Wahana Visi Indonesia (WVI) mengadakan pelatihan guru dan kepala sekolah di Kabupaten Jayapura, mulai 18-21 Februari 2025.

Pelatihan ini dilakukan untuk menghadirkan pendidikan menyenangkan dan kontekstual di Tanah Papua.

Pelatihan tersebut diikuti oleh 32 guru yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas, dan guru olahraga Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan atau PJOK dari 11 sekolah dasar di Kabupaten Jayapura

Kegiatan ini dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama program studi Penjaskesrek (Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi) FKIP Universitas Cenderawasih dan Universitas Nusa Cendana Kupang, Balai Penggerak Papua, dan Balai Penjaminan Mutu.

Baca juga: WVI-USAID Kolaborasi Gelar FGD RAP Dana Otsus dan DTI Tahun Anggaran 2025

Diketahui, Program AKSI akan berlangsung hingga April 2025 dan didukung oleh World Vision Canada.

Program AKSI dilakukan dengan pendekatan aktivitas fisik dan edukasi gizi yang menyenangkanuntuk anak-anak. Pendekatan yang sama telah berhasil dilakukan WVI di Kota Jakarta dan empat kabupaten di Provinsi NTT.

Pendekatan ini tercetus atas hasil riset yang dilakukan WVI tahun 2022 yang menunjukkan hanya 52,8 persen anak Indonesia yang aktif bergerak minimal 60 menit per hari.

Melalui AKSI, WVI, dan pemerintah mengajak berbagai pihak bergotong royong mewujudkan anak-anak di Tanah Papua menjadi generasi aktif.

Baca juga: Keren, WVI Gelar Pelatihan Suara dan Aksi Warga di Kampung Asei Kabupaten Jayapura

Saskia Rosita Indasari, selaku Ketua Tim Program AKSI WVI, dalam keterangan tertulisnya Jumat (21/2/2025), mengatakan, pelatihan ini fokus pada aktivitas fisik menyenangkan dan pembelajaran gizi berimbang yang sesuai dengan konteks kearifan lokal, misalnya melalui kreasi permainan tradisional dan mengkreasikan pembelajaran dengan menggunakan bahasa ibu.

Aktivitas yang ada dalam modul juga dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan siswa termasuk siswa difabel di sekolah.

Pelatihan ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap peningkatan pembiasaan hidup sehat siswa, kemampuan literasi, sekaligus memupuk nilai-nilai toleransi dalam konteks masyarakat yang majemuk.

”Dalam modul AKSI, 1 semester terdapat 17-19 minggu efektif di dalam kalender. Sekolah memiliki waktu untuk menyiapkan materi tambahan. Program AKSI dianggap mendukung tercapainya indikator Kabupaten Layak Anak (KLA)," ujarnya.

Baca juga: Bentuk Karakter Anak Sejak Dini, TP-PKK Sarmi Gandeng WVI Gelar LDK Bagi Remaja Inklusif

Lebih lanjut, kata Saski, hal ini sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR) yang ditetapkan dalam Permenko PMK Nomor 1 Tahun 2022.

Pembiasaan aktivitas fisik, edukasi, dan pemenuhan gizi bagi anak sekolah menjadi dua komponen penting dalam RAN PIJAR.

Sementara itu, Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Papua Junus Simangunsong, menyampaikan apresiasi kepada WVI dan program AKSI, atas kegiatan peningkatan kapasitas kepada peserta pelatihan agar semakin kreatif dalam membangun 8 karakter bangsa melalui penguatan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, khususnya dalam hal olahraga dan makan makanan bergizi.

Menurut Junus, program AKSI selaras dengan misi Asta Cita ke-empat pemerintah yang ditugaskan pada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

Baca juga: WVI Gelar Pembinaan PDC se Klasis Bonggo

SDM unggul harus mempunyai delapan karakter utama bangsa, dan hal tersebut dapat tercapai antara lain melalui pembiasaan yang harus dilakukan anak setiap hari.

Jika kebiasaan ini diterapkan bertahun-tahun, maka akan terinternalisasi pada diri anak menjadi karakter dan membudaya.

Heppy Hein Wainggai, Kaprodi Penjaskesrek Universitas Cenderawasih selaku salah satu fasilitator pelatihan mengungkapkan, bahwa Papua mempunyai kekayaan budaya dan alam, termasuk permainan dan tari tradisional yang bisa dimanfaatkan untuk pendidikan jasmani, literasi,budaya, keterampilan sosial, dan bahkan rohani.

Baca juga: Badan Gizi Nasional Terkena Pemangkasan Anggaran, Bagaimana Eksekusi Program MBG Prabowo?

Dalam pelatihan ini para guru diajak untuk menggali kembali dan mengkreasikan muatan lokal dengan 10 komponen kondisi fisik untuk kebugaran jasmani.

”Misalnya dalam permainan Batu Sepuluh yang menggabungkan 10 komponen kondisi fisik, siswa bermain sambil berlari dan mengambil batu sehingga melatih daya tahan, kekuatan, kecepatan, dan kelincahan. Selain itu, Batu Sepuluh juga mendorong anak-anak belajar berhitung, bekerja sama, sportif, jujur, dan bertanggung jawab," tutup Happy. (*) 

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved