ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Opini

Semua Memilih Diam Saat Rakyat Dipaksa Membeli BBM Mahal Tanpa Solusi

Fenomena serupa sudah terjadi sejak 2005, saat saya baru lulus SMA. Lalu, mengapa masalah ini masih berlanjut meski ada empat SPBU di Wamena?

HO Tribunnews
ANTRE BBM - Salah satu SPBU di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. 

Oleh: Benny Mawel
=================

===> Antrean BBM yang berlangsung lebih dari satu jam di Pulau Jawa sering kali menjadi perhatian publik dan menjadi perbincangan besar di Indonesia. Namun, hal tersebut seolah menjadi hal biasa di Wamena, Jayawijaya.

=====

Masyarakat setempat, bersama pemerintah, menyaksikan antrian panjang ini setiap hari tanpa ada komentar atau kebijakan yang jelas untuk mengatasinya. Kita tampaknya diam, bahkan menganggap antrian yang berlangsung bertahun-tahun itu sebagai sesuatu yang wajar.

Namun, mengapa kita membiarkan fenomena ini? Mengapa antrian BBM bertahun-tahun masih terjadi di Wamena? Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan kondisi ini? Bagaimana cara mengatasi masalah antrian dan harga BBM yang mahal di sana?

Dalam tulisan ini, saya akan berusaha menjawab empat pertanyaan utama tersebut melalui ulasan fakta, analisis, serta sejumlah saran. Saya menulis ini dengan beberapa harapan:

  1. Untuk membuka mata semua pihak mengenai realitas yang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius.
  2. Untuk menyuarakan keluhan masyarakat yang belum cukup didengar atau yang tidak memiliki saluran untuk bersuara.
  3. Untuk memperjuangkan pemenuhan hak ekonomi masyarakat asli Papua Pegunungan di era otonomi khusus Papua.
  4. Untuk memastikan kesejahteraan masyarakat asli Papua (OAP) dapat tercapai dengan biaya transportasi yang murah dan harga barang yang wajar, sehingga kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi.


Fakta BBM di Wamena

Sejak saya pindah ke Wamena pada tahun 2022, saya mulai menyaksikan antrian panjang di empat APMS (Agen Penyalur Minyak Solar) yang ada di kota ini, yang terus berlanjut hingga awal tahun 2025.

Keempat APMS tersebut adalah APMS Kama, APMS Sinapuk, SPBU Polres Jayawijaya, dan APMS Honelama.

Antrean panjang ini bukanlah hal baru; fenomena serupa sudah terjadi sejak 2005, saat saya baru lulus SMA. Lalu, mengapa masalah ini masih berlanjut meski ada empat SPBU di Wamena?

Waktu dan kuota antrean

Dari observasi saya, tidak ada satu pun SPBU di Wamena yang dapat melayani kendaraan tanpa antrian, kecuali setelah jam pengisian BBM bersubsidi.

Antrian panjang ini dimulai sejak malam hari, bahkan pada pukul 10 malam atau 4 pagi, para pemilik kendaraan rela antri hingga pukul 8:30 pagi, saat pelayanan pengisian dimulai. 

Baca juga: Anggota DPR Arif Uopdana Dorong Pertamina Segera Bangun Terminal BBM dan DPPU di Papua Pegunungan

SPBU hanya melayani pengisian BBM jenis Pertalite hingga pukul 14:00, kemudian beralih ke jenis Pertamax hingga pukul 16:00.

Setelah pukul tersebut, pengisian BBM dihentikan, dan masyarakat beralih ke pengecer di kios-kios BBM yang tersebar di sepanjang jalan Wamena.

Sumber: Tribun Papua
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved