ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Update Teror Bom Kantor Jubi

Gelar RDP Kasus Bom Molotov di Kantor Jubi, DPR Papua Desak Usut Pelaku: Segera Diproses ke Pusat

Simon Pattiradjawane mengatakan jika kasus tersebut ditingkat ke penyidikan, berarti secara konstruksi bukti dan saksi sudah cukup.

Tribun-Papua.com/Putri
Suasana aksi demo damai jurnalis dan pekerja HAM di Papua mendesak Polda Papua ungkap kasus pelempar bom di Kantor Redaksi Media Jubi di Jayapura. Aksi berjalan aman dan lancar di depan Polda Papua, di Jalan Samratulangi, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura 

Tim kuasa hukum Jubi menyatakan, poin penting yang mesti diperhatikan oleh TNI dan polisi, adalah perlunya perlindungan terhadap saksi-saksi termasuk, saksi kunci agar dapat memberi keterangan tanpa rasa takut, karena yang bersangkutan memilih keluar dari Jayapura setelah memberikan keterangan.

"Saksi diancam, termasuk ditawari uang untuk tidak mengungkap pelaku kasus ini. Kami berharap setelah RDP ini, pihak TNI segera mengungkap pelaku dan menindaklanjuti proses hukum ke pengadilan militer, agar ada keadilan dan kepastian bagi korban," ucap tim kuasa hukum Jubi.

Sementara itu, saat RDP Direskrimum Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Achmad Fauzi Dalimunthe menyampaikan bahwa dari pemeriksaan sejumlah alat bukti dan keterangan saksi, mengarah kepada terduga pelaku.

Menurutnya, saksi menyatakan kenal dengan terduga pelaku sejak 2023, yang merupakan  anggota TNI Angkatan Darat dan sering bertemu di tempat saksi.

“Kedua [terduga pelaku] abang Sertu [Devrat] dan [Praka] Wisnu yang melakukan pembakaran (pelemparan bom molotov ke) kantor Media Jubi,” kata Achmad Fauzi Dalimunthe.

Achmad Fauzi menjelaskan, dalam penyelidikan pihaknya menggunakan Inafis Portable System yang bisa me-face-recognize dari data ataupun orang untuk bukti pencocokan pada Inafis Portable System.

“Kami sudah merasa melengkapi daripada penyelidikan dan penyidikan yang kami laksanakan. Tapi tetap adjust perception of innocence or, diduga tidak bersalah sebelum adanya putusan sidang pengadilan. Dugaan kami pelaku yang melakukan itu adalah [yang] sudah disebutkan itu,” ujarnya.

Menurut Direskrimum Polda Papua, karena terduga adalah anggota TNI pihaknya tidak punya kewenangan melakukan penyelidikan dan tahapan selanjutnya, dan tidak bisa ditangani secara pidana umum. Untuk itulah pihaknya berkoordinasi dengan Kodam Cenderawasih, kemudian melimpahkan berkas kasus itu Kodam XVII Cenderawasih.

“Berselang beberapa waktu, kami mendapatkan berkas itu kembali ke kami. Apakah ini ada yang keliru [saat] kami lakukan penyidikan dan penyelidikan ini? Apakah mungkin ada orang lain lagi? Karena berkas dikembalikan itu memang ada catatan juga,” ucapnya.

Wakil Asisten Intelijen Kodam XVII/Cenderawasih, Letnan Kolonel Inf Budi Suradi mengatakan, setelah menerima pelimpahan berkas dari Polda Papua, pihaknya langsung membentuk tim investigasi untuk memerilsa saksi, melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus itu.

"Kami mendapatkan delapan saksi dari Polda. Namun disayangkan satu diantaranya pengedar miras. Andai dia bukan pengedar miras, ya kita soal intelligent ini berpikir apa motivasinya jadi saksi, dari situ saja kita bisa patahkan. Karena [keterangan] saksi yang sampaikan ke Polda berbeda dengan ke Kodam dalam hal ini Pomdam. Andai ada saksi selain saksi penjual miras ini, bisalah kita ungkap kejadian ini,” kata Budi Suradi.

Budi Suradi merasa aneh dengan kesaksian yang  menyatakan bahwa terduga pelaku mondar mandir, memamerkan diri, sebelum melemparkan bom molotov.

TEROR BOM MOLOTOV - Kantor redaksi media Jujur Bicara (Jubi) di Jalan SPG Perumnas II Waena, Kota Jayapura, Papua, dilempari dua barang yang diduga bom molotov pada Rabu (16/10/2024) dini hari, pukul 03.20 WIT. Dok. AJI Jayapura
TEROR BOM MOLOTOV - Kantor redaksi media Jujur Bicara (Jubi) di Jalan SPG Perumnas II Waena, Kota Jayapura, Papua, dilempari dua barang yang diduga bom molotov pada Rabu (16/10/2024) dini hari, pukul 03.20 WIT. Dok. AJI Jayapura (Tribun-Papua.com/Istimewa)

Menurutnya saat diperiksa Pomdam, saksi tidak menyebutkan terduga pelaku adalah Sertu Devrat dan Praka Wisnu. "Jadi penyidiknya ini menunjukkan foto. Dia tidak kenal, hanya menunjukkan foto oleh penyidik Polda Papua, dengan mengatakan, kenal abang ini, dijawab oleh saksi pernah melihat orang tersebut akan tetapi tidak tahu namanya," ujarnya.

“Ternyata yang kita dalami terhadap saksi, ternyata dia tidak tahu pelakunya bahkan tidak mengenal siapa defrat itu, siapa Wisnu itu. tahunya nama-nama ini muncul karena hasil kegiatan di Polda."

Sementara itu, Gustaf Kawer dari tim kuasa hukum Jubi mengatakan, peristiwa itu sangat aneh karena lokasinya sangat dekat sekali dengan pos-pos TNI, pusat TNI, Polsek, Polresta bahkan Polda. Namun pelaku tidak dapat diungkap hingga kini.

Sumber: Tribun Papua
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved