Aksi Massa di Wamena
Parang, Batu, dan Teriakan Ancaman: Detik-detik Mencekam Wakil Bupati Jayawijaya Dikepung Massa
Bagi Wakil Bupati Jayawijaya, Ronny Elopere, hari itu menjadi pengalaman paling mencekam sepanjang kariernya.
Penulis: Noel Iman Untung Wenda | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-papua.com,Noel Iman Untung Wenda
TRIBUN-PAPUA.COM, WAMENA - Suasana di halaman Kantor Bupati Jayawijaya, Senin (8/9/2025), awalnya hanya terlihat seperti aksi demonstrasi biasa.
Ratusan kepala kampung datang menyuarakan aspirasi terkait polemik jabatan mereka.
Namun, bagi Wakil Bupati Jayawijaya, Ronny Elopere, hari itu menjadi pengalaman paling mencekam sepanjang kariernya.
Ia nyaris mengalami amukan masa yang mengacam keselamatanya.
Di ruang kerjanya, Rabu (10/09/2025), Ronny membuka kembali ingatan tentang hari kelam itu.
Baca juga: Demonstrasi Tolak Militer di Wamena Berlangsung Aman, DPRD dan TNI-Polri Sampaikan Apresiasi
“Kami pemerintah siap menerima aspirasi. Saya sudah minta kepada polisi, kalau ada massa masuk harus diperiksa baik-baik, jangan sampai ada yang bawa senjata tajam,” tuturnya, dengan wajah serius.
Namun yang terjadi justru di luar dugaan.
Massa yang masuk ke halaman kantor bukan hanya para kepala kampung, melainkan juga kelompok lain yang membawa pisau, parang, samurai, hingga batu besar.
“Sejak awal saya sudah curiga, karena mereka tidak mau duduk. Semua berdiri, teriak-teriak. Saya rasa ada pihak ketiga yang menyusup,” katanya.
Ronny mengaku berulang kali berusaha menenangkan massa.
Ia bahkan menggunakan bahasa daerah untuk mengajak mereka berdialog.
Tetapi, teriakan massa lebih keras daripada suaranya.
“Saya sudah bilang, mari bicara baik-baik. Aspirasi akan kami dengar. Tapi mereka tidak mau dengar, malah ribut sendiri,” ujarnya.
Ketegangan semakin memuncak ketika seorang pemuda tiba-tiba mengayunkan parang panjang ke arah Wakil Bupati Ronny.

Beruntung ajudannya sigap menghalau serangan itu.
Batu-batu pun mulai beterbangan, memaksa Ronny menyelamatkan diri melalui pintu darurat.
“Mereka kejar saya sampai lantai dua. Puji Tuhan, saya masih selamat,” katanya dengan nada tergetar.
Kericuhan itu meninggalkan jejak kehancuran. Mobil dinas rusak hingg pintu utama kantor hancur.
“Dalam budaya Wamena, kalau sudah seperti itu artinya wibawa pemerintah dihancurkan. Itu sama saja dengan kami mau dibunuh,” ujarnya.
Malam harinya, akibat dari serangan tersebut, ribuan massa dari keluarganya berkumpul secara budaya menanyakan dan melihat kondisi Wakil Bupati.
Hal itu menimbulkan perdebatan dengan Wakil Bupati karena sebagai keluarga mereka meminta untuk melakukan aksi balasan, sebab merasa wakil bupati diancam secara serius.
Namun, Ronny menegaskan pemerintah di bawah kepemimpinan Bupati Athenius Murib dan Ronny Elopere jangan sampai ada perang antar masyaakat sehinga ia menangkan perdebatan itu.
“Kami tidak mau perang. Aspirasi tetap bisa disampaikan, tapi jangan dengan cara kekerasan,” tegasnya.
Hari itu, Wamena bukan hanya menyaksikan aksi demonstrasi, tetapi juga sebuah ujian berat bagi pemerintah daerah menjaga martabat dan wibawa di tengah amukan massa yang hampir merenggut nyawa pemimpinnya.
Sebelumnya, Aksi demonstrasi yang digelar Asosiasi Kepala Desa/Kampung Kabupaten Jayawijaya di halaman Kantor Bupati Jayawijaya, Papua Pegunungan, berujung ricuh, Senin (8/9/2025).
Demonstrasi digelar untuk menolak wacana pergantian kepala kampung.

Meski tak semua 328 kepala desa dari 40 distrik terlibat dalam aksi demonstrasi tersebut, massa dari simpatisan dan keluarga terpantau memadati Kantor Bupati Jayawijaya.
Baca juga: Demo Tolak Militer Non-organik di Wamena Papua Pegunungan, Rakyat Geruduk Kantor DPRD Jayawijaya
Para kepala desa mendesak kejelasan masa jabatan serta mekanisme pergantian yang dinilai tidak transparan.
Aksi yang semula berlangsung damai memanas karena masa penemu tidak mengikuti instruksi wakil bupati untuk menyampaikan aspirasi secara baik.
Namun, terjadi adu mulut antar masyarakat yang berupaya ditenangkan dan ini disalah artikan hingga terjadi penyerangan terhadapnya.
Dan masa pun terpaksa dibubarkan dengan penembakan peringatan dan juga gas air mata dan tidak ada korban luka maupun korban jiwa dalam peristiwa tersebut. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.