Cerita
Tangisan Korban Banjir di Yaro Nabire: Ternak Mati dan Kebun Hancur
Masyarakat di wilayah-wilayah itu harus mengungsi, dan mencari tempat aman. Mereka juga harus buat tenda darurat untuk berteduh dari derasnya hujan.
Penulis: Calvin Louis Erari | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartaean Tribun-Papua.com, Calvin Louis Erari
TRIBUN-PAPUA.COM, NABIRE - Pada 8 Oktober 2025 langit Kabupaten Nabire, Papua Tengah diguyur hujan lebat.
Cuaca saat itu membuat masyarakat harus mengurung diri didalam rumah.
Namun dengan intensitas curah hujan yang tinggi, sejumlah wilayah di daerah ini seperti Kampung Wiraska, Distrik Wanggar, Kampung Tanah Merah, Jaya Mukti, dan Wanggar Pantai, di Distrik Yaro, maupun Sima, dilanda banjir.
Rumah, gereja, sekolah, hingga lahan perkebunan, ditutupi derasnya air.
Baca juga: Pemprov Papua Tengah Diminta Segera Perbaiki Jembatan Siriwini Nabire
Masyarakat di wilayah-wilayah itu harus mengungsi, dan mencari tempat aman.
Mereka juga harus buat tenda darurat untuk berteduh dari derasnya hujan.
Menurut data BMKG Nabire saat itu, banjir tersebut dipicu oleh kondisi kelembaban yang basah, serta udara atas yang labil hingga terjadi hujan deras, dan memicu meluapnya air dari sungai Wanggar.
Akibat daripada itu, semua harta benda, hingga ternak maupun lahan perkebunan milik warga hancur diterpa banjir.
Sampai saat ini air telah surut, namun warga tetap tinggal di tenda darurat.
Koordinator pengungsian Yaro, Sevinus Kogoya mengatakan, akibat banjir saat itu, rumah mereka tenggelam dengan lumpur.
Kemudian, semua ternak peliharaan mereka juga mati,, dan terbawa deranya arus air saat itu.
Lahan perkebunan juga hancur, dan tidak bisa diolah karena padatnya lumpur.
"Jadi kami harap untuk beberapa bulan kedepan, pemerintah daerah bisa memperhatikan makan dan minum kami, karena semua barang sudah hanyut," kata Sevinus, Sabtu, (11/10/2025).
Dia bilang juga, banjir yang terjadi bukanlah yang pertama kali, namun sudah berkali-kali, untuk itu perlu ada solusi.
Menurut Sevinus juga, masyarakat yang bermukim di sekitar sungai Wanggar juga pernah membuat permohonan pembuatan taluk ke pemerintah daerah.
"Tapi tidak tau kenapa, sampai hari ini tidak dijawab," katanya.
Baca juga: Cara Menyaring Informasi di Tengah Banjir Berita Digital
Selain itu menurut Sevinus juga, penyebab terjadi banjir setelah ada pembangunan bendungan di bagian atas sungai Wanggar.
"Dulu belum ada pembangunan, air di kali ini jernih, dan tidak pernah banjir, tapi setelah ada pembangunan, hujan sedikit saja, pasti banjir, dan itu selalu memberi dampak kepada kamai, tapi pemerintah tidak pernah perhatikan itu," pungkasnya.
Diketahui sebelumnya, Wakil Bupati Nabire, Burhanuddin Pawennari mengatakan, untuk mengatasi masalah yang terjadi, Pemkab Nabire akan merelokasi kali Wanggar.
"Kami akan buat ini secepat mungkin, dan sesuai kemampuan anggaran daerah," kata Burhanuddin.
Dia juga mengajak ajar warga selalu menjaga lingkungan dengan baik, seperti tidak membuang sampah sembarang tempat, hingga menjaga hutan, agar bisa selalu terhindar dari ancaman bencana alam. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.