ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Kerusuhan di Papua

Gubernur Lukas Enembe: 74 Tahun Indonesia Merdeka, Orang Papua Belum 'Di-Indonesiakan' dengan Baik

Gubernur Papua, Lukas Enembe memberikan tanggapan terkait insiden kerusuhan yang pecah di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat.

Penulis: Astini Mega Sari | Editor: mohamad yoenus
(kontributor Tribunnews.com, B Ambarita)
Gubernur Papua: Pernyataan Presiden Jokowi Kurang Tegas soal Rasisme, Tidak Mengobati Perasaan 

TRIBUNPAPUA.COM - Gubernur Papua, Lukas Enembe memberikan tanggapan terkait insiden kerusuhan yang pecah di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat.

Tanggapan tersebut disampaikan Lukas dalam acara Mata Najwa edisi Rabu (21/8/2019).

Tanggapi Kerusuhan di Papua, Mahfud MD: Jangan Ada yang Bermimpi Bisa Mengambil Keuntungan dari Sini

Dalam acara tersebut, pembawa acara Najwa Shihab sempat menanyakan soal langkah yang bisa dilakukan pemerintah selain meminta maaf.

"Pak Gububernur, Bu Khofifah sudah minta maaf secara langsung, Pak Jokowi juga sudah meminta untuk saling memaafkan. Tapi apalagi yang bisa dilakukan menurut Anda?" tanya Najwa, seperti dikutip TribunPapua.com darai tayangan YouTube Najwa Shihab, Kamis (22/8/2019).

Lukas menyebut hingga saat ini masih banyak praktek rasisme yang diterima oleh masyarakat Papua.

Ia berharap seluruh warga negara Indonesia sadar bahwa rasisme sama saja dengan kolonialisme di zaman pejajahan Belanda.

Aktivis Sebut Ada 1 Presiden yang Bisa Pahami Rakyat Papua: Beliau Mengerti Apa yang Kami Inginkan

"Jadi saya harap orang Indonesia sudah 74 tahun merdeka sadar itu, kita anggap (rasisme) ini kolonialisme," ucap Lukas.

"Ini sama saja terulang (zaman kolonial Belanda)."

"Ini koloniasme Indonesia terhadap Papua," imbuhnya.

Lukas mengatakan NKRI dan Bhineka Tunggal Ika harus dijaga.

"Sudah 74 tahun kita merdeka, NKRI kita jaga, Bhineka Tunggal Ika kita jaga, ini kita betul-betul harus jaga dari Sabang sampai Merauke," katanya.

Bahas Solusi Kerusuhan di Papua, Gubernur Lukas Enembe Ngaku Tak Percaya Kekuatan Undang-undang

Namun, saat kerusuhan pecah, Lukas menyebut ada massa aksi yang menginginkan kemerdekaan.

Hal itu, kata Lukas, membuat situasi di Papua sangat rawan untuk saat ini.

"Memang Papua tuh rawan saat ini. Tidak boleh orang Indonesia itu bicara sembarangan terhadap Papua. Karena memang kita beda," ucap Lukas.

Ia lalu mengatakan bahwa masyarakat Papua belum di-Indonesiakan dengan baik.

"Orang Papua belum di-Indonesiakan secara baik," tutur Lukas.

Pasca-Kerusuhan, Gubernur Lukas Enembe Ancam Tarik Semua Mahasiswa Papua

"Apa maksud Anda belum di-Indonesiakan dengan baik? Apa yang harus dilakukan untuk meng-Indonesiakan seseorang?" tanya Najwa.

"Secara keseluruhan orang Papua belum bisa menerima ke-Indonesiaan mereka," jawab Lukas.

Lihat videonya berikut ini:

Jokowi Ingin Rangkul Warga Papua dan Papua Barat dengan Pendekatan Kesejahteraan

Di Papua, aksi protes terhadap dugaan tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, telah berlangsung di beberapa daerah.

Kerusuhan terjadi di beberapa wilayah Papua sejak Senin (19/8/2019) hingga hari ini, Rabu (21/8/2019).

Pada 19 Agustus 2019, aksi berlangsung di Jayapura dan diikuti oleh ribuan orang.

Sehari berselang aksi serupa terjadi di Nabire, Biak, Yapen dan Merauke.

Kemudian pada 21 Agustus 2019, aksi terjadi di Kabupaten Fakfak dan Mimika hingga berujung kericuhan yang mengakibatkan beberapa fasilitas umum dan kendaraan rusak.

Akses Internet di Papua Barat Masih Dibatasi, Warga Berburu Wifi di Kafe Bandara DEO

4 Sikap Jokowi

Menanggapi kerusuhan tersebut, residen Indonesia Joko Widodo menyampaikan beberapa pesan.

Dilansir oleh Kompas.com, berikut 4 poin pesan Jokowi:

1. Jangan dibesar-besarkan

Staf Khusus Presiden Jokowi yang juga Ketua Lembaga Masyarakat Adat Tanah Papua Lenis Kagoya bertemu dengan perwakilan mahasiswa Papua di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (20/8/2019.

Lenis mengaku, mendapat titipan dari Presiden Jokowi untuk menyampaikan pesan agar masalah ini tak dibesar-besarkan.

"Pak Presiden titip pesan agar masalah jangan dibesar-besarkan. Mari kita sesama anak bangsa saling memaafkan, jauhkan ketersinggungan," kata Lenis.

Nilai Pemindahan Ibu Kota ke Kaltim Kurang Tepat, Fahri Hamzah: Tak Adil, Harusnya Pindah ke Papua

2. Bersabar dan menahan diri

Jokowi juga mengimbau masyarakat Papua untuk menahan diri.

"Jadi, saudara-saudaraku. Pace mace, mama-mama di Papua, di Papua Barat, saya tahu ada ketersinggungan. Oleh sebab itu, sebagai saudara sebangsa dan setanah air, yang paling baik adalah saling memaafkan," ujar Jokowi, Senin (19/8/2019).

"Emosi itu boleh, tetapi memaafkan itu lebih baik. Sabar itu juga lebih baik," lanjut Jokowi.

3. Janji untuk Jaga Kehormatan Papua dan Papua Barat

Jokowi menegaskan, pemerintah akan selalu menjaga kehormatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Papua dan Papua Barat.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap masyarakat tak memperluas kerusuhan yang terjadi.

Aparat keamanan dan kepala daerah terkait juga diminta untuk menjelaskan kejadian secara gamblang, sehingga meminimalisir penyebaran tidak benar di masyarakat.

Bukan Infrastruktur, Jokowi Diminta Beri Perhatian Khusus soal Masalah HAM dan Keadilan di Papua

4. Berkunjung ke Papua

Jokowi juga dikabarkan akan berkunjung ke Papua dalam waktu dekat.

Kunjungan Jokowi ke Papua disampaikan Staf Khusus Presiden untuk Papua Lenis Kogoya.

Menurut Lenis, kehadiran Jokowi ini akan menyerap aspirasi dan masukan dari masyarakat di Papua dan Papua Barat.

(TribunPapua.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved