Kerusuhan di Papua
Cerita Budiarto yang Jadi Korban Kerusuhan Wamena, Trauma hingga Ingin Pulang ke Kebumen
Rasa trauma yang mendalam menimpa Budiarto (43) seorang pekerja pembuat bata di Wamena, Papua yang kini mengungsi di Sentani.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua, KH. Syaiful Islam Al Payage meminta kepada masyarakat untuk menghentikan pemakaian istilah 'asli Papua' dan 'pendatang.'
Istilah-istilah tersebut harus benar-benar segera dihentikan secara serius.
"Kita mesti stop berbicara orang asli Papua dan pendatang. Istilah-istilah ini mesti kita hentikan mulai detik ini," kata Syaiful saat ditemui TribunnewsBogor.com di Jayapura, Papua, Rabu (2/10/2019).
Dia menjelaskan bahwa selama sesama warga Indonesia entah dari mana dia mendatangi wilayah Papua tetap saudara.
Hal ini kata dia berlaku selama Papua merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
• Mahfud MD: Menyelesaikan Konflik Papua Harus Bijak karena Ada Benih Separatis Peninggalan Belanda
"Kalau dia adalah warga negara Indonesia, dia adalah suadara kita, sebangsa dan setanah air. Tidak ada istilah pendatang dan orang asli. Selama ini Papua bagian dari NKRI maka kita adalah bersaudara," katanya.
Semua ini, kata dia, bukan hanya slogan karena sudah terbukti di sejumlah wilayah di Papua.
"Sudah banyak terbukti di Jayapura yang sudah banyak terjalin, bercampur aduk antara orang asli dan saudara-saudara kita yang datang. Di Wamena juga begitu, Merauke juga begitu, Fakfak, Biak juga sudah terjadi. Harapan saya semoga ini tetap terpelihara sehingga kesatuan kita dalam bingkai NKRI," ungkapnya.
(Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kesaksian Budiarto, Korban Kerusuhan Wamena