ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Kerusuhan di Papua

Tewas dalam Kerusuhan Wamena, Dokter Soeko Marsetiyo akan Diabadikan Jadi Nama Rumah Sakit Tolikara

Pemprov Papua melalui Dinas Kesehatan mendorong pemberian nama rumah sakit umum daerah di Tolikara meggunakan nama Dokter Soeko Marsetiyo.

Penulis: Astini Mega Sari | Editor: mohamad yoenus
papua.go.id
Kepala Dinas Kesehatan Papua Aloysius Giyai 

TRIBUNPAPUA.COM - Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kesehatan mendorong pemberian nama rumah sakit umum daerah di Tolikara meggunakan nama Dokter Soeko Marsetiyo.

Dokter Soeko merupakan satu di antara korban meninggal akibat kerusuhan Wamena.

Penamaan tersebut menurut Kepala Dinas Kesehatan Papua Aloysius Giyai, sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasa selama mengabdi sebagai petugas kesehatan di Kabupaten Tolikara.

Keluarga Ungkap Isi SMS Terakhir Dokter Soeko Marsetiyo sebelum Meninggal dalam Kerusuhan Wamena

Selain rumah sakit di Tolikara, Aloysius menyebut, dinas kesehatan juga mengusulkan perubahan dua rumah sakit di Papua.

Yakni RSUD Jayapura menjadi RSUD Dr. T. H. Oey dan Rumah Sakit Abepura menjadi Rumah Sakit Dokter Jusak Wasuway.

Pengusulan perubahan nama rumah sakit tersebut, akan ditetapkan ke dalam sebuah dalam Peraturan Daerah (Perda) oleh Gubernur Papua.

“Yang pasti perubaahan nama ini sudah dalam proses syarat akresditasi," kata Aloysius, Jumat (5/10/2019), seperti dikutip TribunPapua.com dari laman resmi Pemprov Papua.

"Sebab selain peruahan nama, harus pula disusun masterplan baru sesuai rumusan visi, misi, motto, organisasi baru dan semboyan baru tersebut," imbuhnya.

Kasus Dokter Soeko, IDI Desak Pemda Beri Jaminan Keamanan bagi Tenaga Medis di Daerah Rawan

“Intinya pemberian nama RSUD Jayapura sudah melalui pembahasan dimana T. H. Oey merupakan seorang dokter setelah Yakop Defrit (seorang dokter belanda ahli bedah tulang yang pertama di Papua) mendirikan RSUD Jayapura. Kalau Jusak Wasuway merupakan dokter pertama Papua yang meraih gelar spesialis anak,” pungkasnya.

Meninggalnya Dokter Soeko

Dokter Soeko Marsetiyo, yang bertugas di Tolikara, Papua, meninggal setelah menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

Diketahui, Soeko terjebak dalam kerumunan massa dan mengalami cedera di kepala dan bagian tubuh lainnya.

Ia mengembuskan napas terakhir pada Senin (23/9/2019).

Cerita 4 Dokter yang Bertugas ketika Kerusuhan dan Pasca-Kerusuhan di Papua

Pilih Mengabdi di Papua

Diberitakan Kompas.com, Dokter Soeko memang memilih untuk mengabdikan diri di tanah Papua.

"Biasa kan ada masa bakti PTT (Pegawai Tidak Tetap), dia (Dokter Soeko Marsetiyo) memilih dapat di Papua," ujar adik Soeko, Endah Arieswati saat ditemui usai pemakaman, Jumat (27/9/2019).

Endah menyampaikan, seingatnya, Dokter Soeko Marsetiyo mendapat masa bakti di Papua selama dua tahun.

Awal-awal di Papua, Dokter Soeko Marsetiyo sempat bercerita kepada Endah tentang suka duka di Papua.

"Jarang pulang, ya tahu sendiri terkendala biaya kan PTT di sana gajinya enggak seberapa, apalagi di pedalaman. Awal-awal cerita mau makan mie saja harganya mahal minta ampun, ya cerita suka duka di sana," urai Endah.

Jamin Keselamatan Tenaga Medis di Wamena Papua, Polisi Siap Beri Pengawalan

Selesai masa baktinya, Soeko tidak lantas memilih tugas di kota.

Dokter kelahiran 1966 ini justru memilih untuk mengabdikan dirinya di Papua.

Keluarga, lanjutnya, pernah menanyakan kepada Soeko mengenai pilihannya bertugas di Papua.

Saat itu, Soeko menjawab jika tenaga dokter lebih dibutuhkan di Papua.

"Dia cuma (menjawab) di Semarang itu sudah banyak dokter, kalau aku di sini tidak ada gunanya, sudah banyak orang pintar. Kalau di sana (Papua) paling tidak aku bisa berbuat sesuatu, itu saja," ujarnya.

"Bagi keluarga juga aneh, hidup di sini (Semarang) enak, kok tidak mau. Tapi ya keinginannya memang begitu," tambahnya.

Memilih Mengabdi di Papua hingga Dekat dengan Masyarakat, Ini Fakta-fakta Tewasnya Dokter Soeko

 

Proses pemakaman dr Soeko, salah satu korban kerusuhan Wamena, di Yogyakarta, Jumat (27/9/2019)
Proses pemakaman dr Soeko, salah satu korban kerusuhan Wamena, di Yogyakarta, Jumat (27/9/2019) ((KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA))

Diungkapkannya, sehari sebelum kejadian Dokter Soeko Marsetiyo sempat mengirim SMS ke beberapa orang keluarganya.

"Sehari sebelumnya itu ternyata dia sempat mengirimkan SMS ke beberapa om (paman) dan tante. Isinya potongan ayat Kursi, kita tidak mengerti maksudnya apa, terus tiba-tiba dengar kabar seperti ini," ujarnya.

Imbauan Menkes

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek memastikan, tidak akan menarik tenaga kesehatan yang sudah diterjunkan di Wamena, Papua.

Mereka tetap bertahan setelah salah satu dokter bernama Soeko Marsetiyo meninggal dunia akibat kerusuhan di sana, beberapa waktu lalu.

"Kami berterima kasih dan apresiasi bahwa mereka tetap tinggal di Wamena. Ini laporan yang kami terima. Masih banyak," ujar Nila di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (30/9/2019), seperti dilansir oleh Kompas.com.

"Mereka itu terdiri dari dokter spesialis maupun dokter umum, ataupun perawat, dan bidan, dan sebagainya. Mereka masih tinggal di Wamena," lanjut dia.

Menkes Minta Tenaga Medis di Wamena Kenakan Seragam Penanda dan Tinggal di RS bila Perlu

Nila menyatakan TNI-Polri akan mengawal tenaga kesehatan yang bertugas di Wamena dan menjamin keselamatan mereka.

"Kami juga menitipkan tenaga kesehatan kami akan dikawal TNI-Polri. Akan tetap dikawal tentu tenaga kesehatan ini," lanjut dia.

Ia juga meminta tenaga kesehatan di Wamena, Papua mengenakan jas putih dan penanda bertuliskan "kesehatan".

Menurut dia, ini sebagai penanda agar para tenaga kesehatan tak menjadi sasaran di tengah kerusuhan.

"Kami mengimbau tenaga kesehatan kemana pun pergi harus memakai baju kesehatan, baju dokternya. Kalau bisa ada tulisan 'kesehatan' sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman," ujarnya.

Nila menyebutkan, jika tempat tingal tenaga medis di Papua tak aman, ia menyarankan mereka tinggal di rumah sakit.

"Kami mengharapkan mereka berada di tempat yang aman bila terusik di tempat tinggalnya. Sebaiknya pindah di tempat yang aman atau tentu yang paling aman di rumah sakit," pungkasnya.

(TribunPapua.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved