Jatuh saat Bekerja, Pria Ini Biarkan Tulang Tangannya Menggantung selama 18 Tahun, Ini Kisahnya
Sosok pria berusia 84 tahun, Sonto Wiryo seperti menyatu dengan alam. Ia tampak terbiasa dengan tulang tangannya yang tak lagi menyatu.
Begitu terus setiap hari.
"Palingan hanya pulang istirahat siang 1 jam lalu pergi lagi mencari ramban," kata Barno.
• Mahfud MD: Parlemen Selandia Baru Sangat Mendukung soal Papua sebagai Bagian dari Indonesia
Sementara itu, warga juga menilai aksi sosial pria kelahiran tahun 1935 ini baik.
Nartono bercerita, Sonto suka terlibat dalam kerja bakti.
Ia menunjukkan bahwa keterbatasan manusia bukan halangan.
Sonto masih mampu mengangkat pacul hingga memecah batu.
Soal sumbangan juga serupa.
"Jiwa sosialnya besar. Saat mau ada kegiatan sadran, dia duluan menyumbang. Orang lain belum," kata Nartono.
Sonto menjalani masa muda sebagai penderes nira kelapa. Ia melakukan pekerjaan ini sejak masih bujang. Ia bisa memanjat 20 pohon di kebun miliknya setiap hari kala sehat bugar.
Mujikem yang memasak nira jadi gula.
Produksi gula merah ini menjadi penghasilan utama mereka.
Musibah jatuh dari pohon membuat rumit keadaan belasan tahun silam. Musibah mengakibatkan lengannya patah.
• Soal Veronica Koman, Mahfud MD: Dia Itu WNI yang Dapat Beasiswa Lalu Ingkar Janji untuk Kembali
Kini, suami istri ini mengandalkan cucunya untuk menyadap nira.
Sonto dan Mujikem kini menghabiskan sisa hari untuk membuat gula nira kelapa. Sonto mencari bongkok sebagai bahan bakar produksi gula.
Mujikem memasak gula.