Anaknya Terisolasi karena Virus Corona, Mantan Ketua KPU Sultra: Kritis Kemanusiaan di Wuhan
Orangtua mahasiswi asal Kendari yang menempuh perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hubey University, Kota Wuhan, Cina, Hidayatullah, mengaku cemas.
TRIBUNPAPUA.COM - Orangtua mahasiswi asal Kendari yang menempuh perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hubey University, Kota Wuhan, Cina, Hidayatullah, mengaku cemas dengan kondisi anaknya, Yayu Indah Maharani (20).
Mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Tenggara (Sultra) periode 2013-2018 ini mengatakan, putri pertamanya itu sudah empat hari terisolasi di asrama kampus perguruan tinggi negeri di Kota Wuhan, Provinsi Hubey, China, sejak wabah virus corona menyebar di wilayah itu.
• Korea Selatan Waspada Penyebaran Virus Corona, Bandara Jeju Diawasi Ketat
Anaknya itu, kata Hidayatullah, akan menjalani aktivitas perkuliahan semester pertama di Fakultas Kedokteran Hubey University pada Februari.
Hidayatullah menuturkan, Yayu sudah tiga bulan berada di Cina.
Yayu lolos di Kedokteran Hubey University melalui jalur umum.
Terakhir Hidayatullah berkomunikasi dengan Yayu pada Sabtu (25/1/2020) malam.
Meski dalam kondisi sehat, mahasiswa di sana khawatir dengan stok logistik yang hampir menipis.
Sebab, para mahasiswa dilarang keluar dari asrama dan pusat perbelanjaan ditutup.
"Alhamdulillah dalam keadaan sehat walafiat. Sudah empat hari, semenjak mulai gencar pemberitaan bahaya akibat dari virus corona ini, saya dan ibunya tidak bisa tidur nyenyak makan pun tidak enak. Kami terjaga di depan televisi, menunggu dan melakukan kontak setiap saat dengan pihak KBRI di Beijing serta perhimpunan mahasiswa di sana," kata Hidayatullah saat dihubungi via WhatApps, Senin (27/1/2020).
• Video China Bangun Rumah Sakit di Wuhan 6 Hari, Efek Pasien Virus Corona Membludak Setiap Hari
Tak hanya Yayu, Hidayatullah menyebut ada 10 mahasiswa asal Sultra yang juga menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hubey di Kota Wuhan.
Di antaranya ada yang berasal dari Kabupaten Konawe Utara (Konut) yang menempuh kuliah jalur beasiswa.
"Mereka sekarang dilarang keluar dari asrama. Saat ini saya sementara fokus dan konsentrasi dengan KBRI di Beijing untuk selalu mengetahui perkembangan keadaan anak saya dan anak-anak Sultra lainnya yang menempuh pendidikan di Wuhan Provinsi Hubey tersebut," jelasnya.
Di tengah rasa kekhawatiran itu, ia bersama istri berharap Presiden Joko Widodo dapat mengambil kebijakan agar Yayu dan anak-anak Indonesia, khususnya yang berasal dari Sultra bisa dipulangkan terlebih dahulu ke tanah air.
Hidayatullah menambahkan, pukul 23.30 WITA, Minggu, ia sempat berkomunikasi dengan pihak KBRI di Beijing agar dapat memulangkan anaknya dan mahasiswa lain yang berasal dari Sultra.
Namun, karena semua bandara ditutup oleh pemerintah setempat, akhirnya ia pun hanya bisa berdoa untuk keselamatan anaknya.