ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Laju Penyebaran Virus Corona di China Menurun, Bisakah Langkah Mereka Diterapkan di Negara Lain?

Langkah China melakukan isolasi terhadap 56 juta orang penduduk Hubei menanggapi Virus Corona belum pernah ada presedennya dalam sejarah.

(AFP/STR/CHINA OUT)
Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas medis saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru. 

Iran juga dikritik karena tidak mengkarantina Provinsi Qom, pusat wabah di Iran.

Pemerintah telah menyediakan pos pemeriksaan medis dan menyerukan warga untuk tidak bepergian.

Arab Saudi juga mengisolasi Provinsi Qatif, tempat yang dilaporkan menjadi pusat penyebaran.

Cerita Perawat Pasien Positif Corona, Wita Ungkap Prosedur, Reaksi Keluarga hingga Curhatan Pasien

Jepang memerintahkan agar sekolah ditutup hingga April dan langkah serupa sudah diterapkan di Timur Tengah dan Asia.

Menurut UNESCO, lebih dari 330 juta anak terkena dampak penutupan sekolah di 29 negara, selain 60 juta orang mahasiswa.

Sementara itu pemerintah-pemerintah di Eropa mewaspadai langkah yang keras seperti yang diterapkan di Italia.

Pemerintah Inggris meminta orang yang baru kembali dari Italia mengisolasi diri selama 14 hari dan telah mengeluarkan aturan yang membolehkan isolasi wajib.

Pihak berwenang mengatakan menutup sekolah merupakan langkah "prematur".

"Jika melarang warga berkumpul adalah langkah efektif untuk masyarakat, pemerintah pasti sudah mengambil keputusan itu. Langkah itu bukan yang disarankan dan kami tetap berpegang pada ilmu pengetahuan," kata pejabat kesehatan Inggris, Dr Jenny Harries kepada BBC.

Koordinasi pusat

Pemerintah Inggris mengantisipasi peningkatan kasus Corona dan Dr Harries mengatakan negerinya sudah siap seraya menekankan perbedaan sistem kesehatan antara Inggris dengan Italia.

"Sistem kesehatan mereka terbagi secara regional, dan untuk bisa konsisten, mereka perlu waktu. Kita memiliki sistem komando dan mekanisme pengendalian, yang berada di tangan pemerintah, dan seluruh layanan kesehatan di seluruh negeri," katanya.

Direktur WHO Dr Ghebreyesus mengatakan pandemi bisa dikendalikan, dan menyarankan berbagai negara untuk menyesuaikan respons dengan kebutuhan dan sistem masing-masing negara.

(BBC Indonesia)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved