ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Tolak Dibebaskan karena Asimilasi Wabah Corona, Napi Ini Betah di Rutan: Mending di Sini, Nyaman

Seorang narapidana di Rutan Klas IIA Samarinda, Kalimantan Timur bernama Ambo (42) menolak hak asimilasi program Kemenkuham.

(istimewa) kompas.com
Ambo (42) saat ditemui awak media di Rutan Klas IIA Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (11/4/2020). 

TRIBUNPAPUA.COM - Seorang narapidana di Rutan Klas IIA Samarinda, Kalimantan Timur bernama Ambo (42) menolak hak asimilasi program Kemenkuham.

Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang pengeluaran dan pembebasan narapidana dan anak melalui asimilasi dan integrasi.

Ambo bersama tiga rekannya memilih bertahan di rutan karena tak punya rumah dan keluarga.

Ahli Psikologi Sebut Warga Sudah Lelah dengan Wabah Corona: Ditambah Ancaman Napi yang Bebas

Ambo merupakan napi kasus narkotika. Dia divonis empat tahun enam bulan penjara pada akhir 2017 lalu. Kini dia sudah dijalani masa tahanan dua tahun enam bulan.

Karena sudah menjalani setengah masa tahanan, Ambo termasuk penerima hak asimilasi dan integrasi sesuai SK Kemenkumham RI.

Pria asal Parepare, Sulawesi Selatan ini, datang ke Samarinda niatnya mencari kerja.

Dia berjualan ikan di Pasar Segiri.

Namun, karena pergaulan, dia terjerat kasus narkotika.

Sejak divonis penjara, istrinya meminta cerai.

“Orangtua sudah meninggal. Istri diambil orang (cerai). Saya bagus di sini saja (Rutan). Banyak teman,” tutur dia.

Ambo punya anak satu tapi tinggal di kampungnya di Parepare, Sulsel. Ambo juga tak bisa pulang ke Parepare karena wabah Virus Corona.

Ahli Psikologi Sebut Warga Sudah Lelah dengan Wabah Corona: Ditambah Ancaman Napi yang Bebas

Setiap harinya, Ambo mengaku punya banyak kegiatan di rutan.

Selain berolahraga dan mengisi kegiatan lainnya, dia juga sering bantu teman-temannya mengangkat titipan makanan dari besukan keluarga.

“Saya bantu teman angkat titipan makanan, nanti saya diberi makanan,” kata dia.

Aktivitas tersebut membuat dirinya betah dan nyaman tinggal di rutan.

“Mending di sini. Nyaman di sini. Sudah betah,” kata dia.

Meski demikian, kadang dia merasa sedih karena tak sekalipun dibesuk teman atau keluarga. Apalagi membawa makanan.

Meski menolak asimilasi, Ambo mengaku tetap akan keluar dari rutan jika sudah selesai menjalani masa tahanan.

Kepala Rutan Klas IIA Samarinda, Taufiq Hidayat mengatakan total napi yang mendapat asimilasi di tengah wabah Corona berjumlah 137 orang.

Lapas di Manado Rusuh, Napi Minta Dibebaskan karena Takut Terjangkit Virus Corona: Lempar, Serbu!

“Tapi empat napi enggak mau keluar karena tidak punya tempat tinggal. Mereka memilih tetap tinggal di dalam (rutan),” ungkap dia saat dihubungi terpisah.

Penerima asimilasi, kata dia, harus punya keluarga jelas, tempat tinggal yang jelas, karena mereka belum bebas. Hanya menjalani masa tahanan di rumah karena Covid-19.

Untuk para napi yang masih menjalani masa tahanan di rutan, pihaknya tetap memberlakukan olahraga rutin hingga memberi asupan makanan sehat agar menghindari penyebaran Corona.

(Kompas.com/ Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tolak Asimilasi Corona karena Tak Punya Rumah dan Keluarga, Napi: Di Rutan Lebih Enak "

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved