Virus Corona
Gara-gara Corona, Satu Keluarga di Minahasa Utara Tinggal di Hutan, Dirikan Tenda di Mobil Pickup
Satu keluarga di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, memilih kabur dan tinggal di hutan untuk mencegah tertular dari Virus Corona.
TRIBUNPAPUA.COM - Satu keluarga di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, memilih kabur dan tinggal di hutan untuk mencegah tertular dari Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, kepala keluarga bernama Elly Lasaheng mengaku bahwa hal tersebut dilakukan lantaran ada tetangga yang meninggal dan diisukan terjangkit Virus Corona.
Dirinya beranggapan dan juga mendapatkan beberapa informasi bahwa Covid-19 ini merupakan virus berbahaya dan mampu menular dengan cepat.

Maka dari itu, Elly Laseheng memutuskan membawa istri dan dua anaknya untuk menjauh, yaitu dengan pergi ke hutan.
Dalam tayangan KompasTV, Kamis (16/4/2020), Elly Laseheng menceritakan bahwa awalnya ia juga merupakan seorang ODP lantaran baru pulang dari daerah luar kota, setelah di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Ia bersama satu keluarga akhirnya dilakukan pemeriksaan oleh tenaga medis setempat.
Setelah diminta untuk menunggu hasil pemeriksaanya selama 14 hari, ada tetangganya yang meninggal.
Ia merasa heran lantaran pemakamannya tidak seperti biasanya, yaitu sesuai dengan standar protokol penanganan Covid-19.
Selain itu, dengan kasus meninggalnya seorang warga tersebut, membuat Elly Laseheng bersama keluarga menjadi dikucilkan oleh warga sekitar.
• Prihatin dengan Banyaknya Penolakan Jenazah Pasien Corona, Kades Patoan Daja: Kirim ke Desa Kami
"Awalnya kan tanggal 1 (Maret 2020) di Desa Winantin, itu keluarga saya tiba-tiba didatangi tim medis dari kecamatan kesumbawaan, Minahasa Utara," ujar Elly Laseheng.
"Terus selesai itu, katanya tunggu hasil 14 hari, tiba-tiba yang beritanya yang kena itu Virusnya itu dengan jarak 10 meter dari rumah kami, meninggal tanggal 10," jelasnya.
"Semuanya kita panik, karena mikir virus ini berbaya, jadi kita langsung ambil keputusan sama istri, ayo kita menghindar dari sini, kita ke hutan saja."
Setelah itu tanpa pikir panjang, Elly Laseheng memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi ke hutan dengan membawa mobil pickup.
Mobil pickup itulah yang dijadikan sebagai tempat tinggal dengan penambahan atap menggunakan terpal.
Ia mengaku sekitar empat hari berada dan hidup di hutan.
Dalam kehidupan sehari-harinya, Elly Laseheng hanya memanfaatkan hasil alam yang ada, seperti ubi-ubian dan ikan.
"Nah itu kita berada di hutan sampai malam, empat hari," kata Elly Laseheng.
"Selama beberapa hari di sana, kadang-kadang kalau tidak ada beras ya hanya rebus ubi saja, nyari di hutan dan mancing di sungai," jelasnya.
Ia mengeluhkan ketika malam hari, yaitu merasa kedingininan dan juga banyak nyamuk.
Bagaimana tidak, mereka tidur di hutan dengan beralaskan mobil pickup yang sedikit ditutup dengan terpal sebagai atapnya.
• Cerita Andrea Dian Tak Cocok Obat Klorokuin: Tangan Tremor, Mau Pingsan, hingga Cemas
"Itu sampai kalau malam bersama anak itu menderita karena banyak nyamuk," ungkapnya.
"Terus dingin, karena kita hanya beratap dengan terpal dan baliho."
Namun setelah sekitar empat hari berada di hutan, ia mengaku mendapatkan informasi jika hasil pemeriksaannya negatif.
Elly Lasaheng pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Desa Winantin.
"Tiba-tiba yang informasi dari teman hasilnya negatif," terang Elly Lasaheng.
"Jadi kita pulang, begitu pulang sampai saat ini tidak pernah disentuh oleh pemerintah desa Winantin atau dari pemerintah kabupaten," pungkasnya.
Simak videonya:
Sopir mobil jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemprov DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya tak kuasa menahan air mata ketika menceritakan tentang kehidupan sehari-harinya mengurusi jenazah Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Nursyamsurya mengaku sudah tidak kuasa menyaksikan banyaknya jenazah Virus Corona yang setiap harinya terus bertambah.
Dan menurutnya, hal tersebut kemungkinan masih akan terus dihadapi pada beberapa hari, minggu atau bahkan bukan ke depan.

Hal tersebut akan menjadi nyata setelah dirinya menyaksikan sendiri masih banyak masyarakat yang masih sadar soal bahanya Covid-19.
Karena di sisi lain, banyak masyarakat yang masih masa bodoh dan merasa tidak takut dengan penyebaran Virus Corona ini.
Nursyamsurya berharap masyarakat bisa segera sadar dengan mengikuti imbauan dari pemerintah, satu di antaranya yaitu tetap berada di rumah dan menerapkan physical distancing.
Dengan tetap berada di rumah, menurut Nursyamsurya bisa sangat membantu tugas pemerintah untuk membasmi Virus Corona.
Dan tentunya juga dapat mengurangi pekerjaan dari para pengurus pemakaman jenazah Virus Corona, yang memang sebenarnya tidak pernah dikehendaki.
"Jalanan Jakarta itu masih penuh, masih macet, seharusnya mereka tahu apa yang kami kerjakan sekarang," ujar Nursyamsurya.
"Kami memakamkan jenazah-jenazah ini dan tiap hari bertambah, tolong, ikuti instuksi dari pemerintah, diam di rumah, kurangilah kerjaan kami," imbuhnya.
• Puncak Wabah Corona di Indonesia Diprediksi akan Terjadi pada Bulan Mei dan Tembus Angka 100.000
Yang membuat Nursyamsurya tambah sedih yaitu akan sampai kapan aktivitas seperti itu akan berakhir.
Karena di satu sisi masyarakat masih belum menyadari akan hal tersebut.
"Ini enggak jelas, sampai kapan kita enggak tahu, sampai kapan kita begini," keluhnya.
Lebih parahnya lagi, bulan Ramadan sudah akan tiba.
Melihat situasi yang masih terjadi, maka kemungkinan besar Puasa Ramadan tahun ini akan dilaksanakan di tengah Virus Corona.
Nursyamsurya tidak bisa membayangkan bulan puasa tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Terlebih dirinya masih akan tetap berurusan dengan jenazah Virus Corona.
Padahal dirinya mengaku ingin sekali Virus Corona bisa berakhir dan dapat melakukan aktivitas normal di bulan Ramadan, termasuk menjalani ibadah Salat Tarawuh dan Salat Idul Fitri.
Maka dari itu, ia meminta dengan sangat kepada masyarakat untuk mengikuti arahan dari pemerintah demi kepentingan semua warga Indonesia.
"Sebentar lagi bulan puasa, ingin terawih berjamaah, ingin idul Fitri, tolong buat masyarakat diam di rumah sebentar saja, 14 hari," harapnya.
"Sebentar lagi kita puasa, minta tolong, kami memakamkan jenazah-jenazah ini udah puluhan, tiap hari."
"Minta tolong kita juga punya keluarga, kita punya tetangga, kita punya kehidupan," pungkasnya.
• Media Asing Soroti Minimnya Kasus Corona di Bali, Sebut Situasi di Pulau Dewata Membingungkan
Simak videonya mulai menit ke-5.10:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)