Telepon Ayah Beberapa Jam sebelum Baku Tembak dengan KKB, Prada Ginanjar Sempat Diminta Cepat Pulang
Prada Ginanjar meninggal dunia Senin (15/2/2021) pagi. Pada Minggu (14/2/2021) sore, Ginanjar sempat menelepon ayahnya sekitar pukul 16.30 WIB.
TRIBUNPAPUA.COM - Kesedihan terpancar di raut wajah Dede Anda.
Bagaimana tidak, putra tercintanya, Prada Ginanjar gugur dalam kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.
Dede pun mengisahkan tentang telepon terakhir sang anak sebelum kabar duka itu datang kepada keluarganya.
Menelepon Beberapa Jam sebelum Baku Tembak
Prada Ginanjar meninggal dunia Senin (15/2/2021) pagi.
Pada Minggu (14/2/2021) sore, Ginanjar sempat menelepon ayahnya sekitar pukul 16.30 WIB.
Mulanya, kata Dede, istrinya yang mengangkat telepon dari putra yang dikasihinya.
Sedangkan ia baru saja pulang setelah bekerja di sebuak pabrik pupuk organik di Banjar, Jawa Barat.
"Saya tiba di rumah, istri sedang berbicara di telepon (dengan almarhum)," kata Dede.
Baca juga: Pratu Ginanjar Gugur Ditembak KKB, Ayah: Cukup Anak Saya, Jangan Ada Lagi Korban Tentara Lainnya
Janji Membuatkan Ikan Goreng
Kemudian, Dede pun mengambil alih telepon dan berbicara pada anaknya.
Ia sempat bertanya bagaimana kabar sang anak dan sedang apa putranya di sana.
Ketika itu, Prada Ginanjar menjawab sedang memasak ikan asin untuk makan.
Dede pun merasa anaknya sedang prihatin sehingga makan seadanya lantaran tengah bertugas.
Saat itu lah Dede meminta anaknya segera pulang dan berjanji akan membuatkan makanan enak, ikan gurame goreng.
"Geura uih De. Engke panggorengkeun gurame ku Apa. (Cepat pulang, Nak, nanti digorengkan ikan gurame oleh bapak)," kata Dede saat itu.
Ia tak menyangka, keesokan harinya, putranya tewas dalam baku tembak dengan KKB.
Percakapan itu menjadi obrolan terakhirnya dengan sang putra tercinta.
Baca juga: Gugur saat Baku Tembak dengan KKB di Intan Jaya, Prada Ginanjar Tertembak di Bagian Perut
Sejak Kecil Ingin Jadi Tentara, Tiga Kali Mendaftar
Dede berkilas balik bagaimana putranya bercita-cita menjadi seorang tentara sejak kecil.
Ginanjar yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara itu disebut memiliki keinginan kuat.
Hal itu dibuktikan dari upaya Ginanjar tiga kali mendaftar sebagai tentara, hingga dinyatakan lolos,
Mulanya, Ginanjar mendaftar sebagai Bintara tetapi gagal.
"Dia kemudian ikut lagi Tamtama, namun gagal lagi. Ketiga, ikut Tamtama, Alhamdulillah lolos. Sekitar tahun 2018-an," kata dia.
Ginanjar kemudian ditugaskan di Batalyon Infanteri 406/Candra Kusuma.
"Dinas di Kodam IV di Purbalingga," tutur Dede.
Baca juga: Situasi di Intan Jaya Mencekam karena Teror KKB, Polisi Tetapkan Siaga 1
Ingin Konflik Papua Berakhir, Cukup Putranya yang Menjadi Korban
Dede dengan pilu meminta konflik yang merenggut nyawa putranya segera diakhiri.
Ia tak ingin ada korban-korban lainnya.
"Sudahlah cukup anak saya yang terakhir jadi korban. Jangan ada lagi korban tentara-tentara yang lainnya. Cukup anak saya," kata Dede saat ditemui di Taman Makam Pahlawan Kusumah Bangsa Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (17/2/2021).
Adapun, Prada Ginanjar gugur dalam kontak senjata dengan KKB di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua, Senin (15/2/2021).
Ia gugur usai tertembak di bagian perut.
Prada Ginanjar kemudian dievakuasi menggunakan helikopter ke Mimika.
Selanjutnya, jenazah tiba di rumah duka pada Rabu (17/2/2021) dini hari.
Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumah Bangsa, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (17/2/2021) pukul 09.00 WIB.
(Kompas.com/Kontributor Pangandaran, Candra Nugraha)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Telepon Terakhir Prada Ginanjar dan Janji Ikan Gurame Goreng Sang Ayah