ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

KKB Papua

Video Detik-detik Sejumlah Warga Ketakutan Sembunyi dari KKB, Tembakan Terdengar Berulang Kali

Guru yang bertugas di Sekolah Dasar (SD) Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, bernama Oktovianus Rayo, jadi korban KKB.

capture YouTube Tribun-Papua
Penyerangan KKB di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua 

TRIBUN-PAPUA.COM -Sebuah video merekam detik-detik warga bersembunyi dari serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.

Dalam insiden itu, seorang guru yang bertugas di Sekolah Dasar (SD), bernama Oktovianus Rayo tewas ditembak.

Natalina, istri almarhum Oktavianus mengatakan, suaminya ditembak oleh KKB hingga tewas.

Namun, karena situasi saat itu mencekam, dia dan beberapa warga lainnya berusaha menyelamatkan diri dengan cara bersembunyi di kamar mandi.

Baca juga: Jenazah Tukang Ojek yang Tewas Ditembak KKB Diantar ke Timika, Istri dan Rekannya Mendampingi

“Setelah saya lihat sudah sunyi, sudah tidak ada orang, saya keluar dari kamar tempat saya sembunyi melihat almarhum sudah terkapar di depan, dia sudah lipat kaki dan telentang, kasihan. Saat itu saya masih sempat panggil, Papa Iyan bangun... Papa Iyan bangun tapi saya masih lihat dia punya mata terputar, mungkin dia masih lirik saya atau bagaimana. Saat itu saya bilang Papa Iyan saya pergi sembunyi lari ke belakang dan lompat ke kamar mandi,” kata Natalina, saat dikonfirmasi, Senin (12/4/2021).

Natalina mengatakan, saat ia lompat ke kamar mandi, ia menginjak seng dan berbunyi lalu ia pergi ke rumah tetangganya meminta tolong.

“Di rumah tetangga sekitar 5 menit saya teriak minta tolong, Erni bukakan pintu, kemudian Pak Guru membuka pintu dan saya sampaikan tolong Bapak Iyan di sana sudah kena tembak tolong dilihat dulu karena saat itu belum ada orang lalu lalang,” ucap Natalina.

Baca juga: KKB Lari Kocar-kacir saat Dengar Suara Peluit, Natalina Selamat namun Trauma Kembali ke Papua

Natalina mengungkapkan, saat di kamar mandi, ia bersembunyi cukup lama.

Dari kejadian jam 09.00 WIT, sekitar jam 14.00 WIT baru dievakuasi oleh pendeta-pendeta karena semua tempat sudah dikuasai oleh orang bersenjata, termasuk lingkungan sekolah.

“Di kamar mandi tempat kami sembunyi masih sempat ada orang masuk mengobrak-abrik pakai parang, dia tendang kamar mandi tetapi tidak tembus, hanya menendang 2 kali dan kami di dalam hanya diam berdoa sambil SMS teman yang lain,” ujar Natalina.

Lanjut Natalina, saat para pendeta datang untuk menyelamatkan, mereka sudah senang dan berupaya menyelamatkan harta benda namun sejumlah barang berharga miliknya diambil oleh KKB.

“Tak ada barang yang kami selamatkan di rumah, Ponsel milik almarhum dan milik saya diambil, uang diambil, perhiasan diambil, semua diambil, pakaian dan barang-barang lainnya terhambur tapi biarlah saya sudah tidak perduli yang penting kami selamat dan kami pergi dengan berjalan kaki sampai di Koramil,” tutur Natalina.

Setibanya di Koramil, hati Natalina kembali terpukul melihat suaminya yang sudah terbaring dan ditutup dengan kain.

“Kami menangis sampai besoknya dan menunggu pesawat tetapi tidak masuk karena bandara sudah dikuasai oleh KKB. Besoknya lagi tidak bisa lagi karena mereka meminta tebusan Rp 5 juta dan kami sanggupi dengan cara kumpul uang namun dia malah menolak dan meminta Rp 20 juta. Begitu terkumpul Rp 20 juta ia menolak lagi, besoknya dia minta Rp 500 juta, kami semua pusing mau ambil di mana,” ungkap Natalina.

Natalina menyebut, setelah ditebus Rp 500 juta dan uang sampai di tangan KKB maka sudah bisa mengontak pesawat di Ilaga untuk mengevakuasi jenazah.

“Jadi kami terbang dari Beoga sekitar jam 12.00 WIT, itupun kondisi sudah berkabut dan yang bisa dievakuasi hanya jenazah dan keluarganya, yang lain kasihan masih tinggal di sana,” sebut Natalina.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved