KULINER
41 Tahun Gado-gado Angkasa Eksis, Digemari Mahasiswi Jayapura
Letaknya tak jauh dari pusat Kota Jayapura. Tepatnya, di bilangan Angkasa, Jalan Sujarwo Condronegoro No 6, Distrik Jayapura Utara.
Penulis: Arni Hisage | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Tio Effendy
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Warung Gado-gado Angkasa masih menjadi buruan para penikmat kuliner di Kota Jayapura hingga kini.
Usia warung ini sudah 41 tahun, sejak didirikan 1980. Kuliner yang satu ini digemari mahasiswa.
Letaknya tak jauh dari pusat Kota Jayapura. Tepatnya, di Kelurahan Angkasapura, Jalan Sujarwo Condronegoro No 6, Distrik Jayapura Utara.
Menu andalannya berupa perpaduan telur, lontong, tahu, tempe dan bermacam sayuran segar yang di balur rajikan bumbu kacang.
Baca juga: Pantai Pasir Putih Base G, Tempat Wisata Unggulan di Kota Jayapura Papua
Pada Sabtu (26/6/2021) pagi, Tribun-Papua.com mencoba bertandang ke warung ini. Kami disapa ramah oleh Ferry Didik (29), sang tuan rumah.
“Selain gado-gado, kami juga menyediakan tahu lontong, ketoprak, pecel, rujak cingur, soto hingga bakso, lengkap kan mas,” ujarnya di sela melayani pelanggan.
Ferry lalu menawarkan seporsi besar gado-gado. Harganya cukup murah, hanya Rp 20 ribu.
“Saya diwariskan warung ini dari mendiang ibu saya. Tahun 2016 ia pergi selamanya. Sejak itu saya coba kelola warung ini,” ujar Ferry, pria asal Kediri, Jawa Timur.
Satu di antara pengunjung, Safitri Iriya (21) mengatakan ia jauh-jauh dari kelurahan Entrop, Distrik Jayapura Selatan menuju Angkasa hanya untuk menikmati gado-gado Angkasapura.
“Wah gado-gado ini terkenal enak, mas. Kalau teman-teman kampus tahu saya di sini, pasti mereka nitip makanan,” ujarnya, tertawa kecil.
Mahasiswi di salah satu kampus swasta Kota Jayapura, itu mengaku sudah menjadi pelanggan tetap di warung ini.
"Mulai 2017 saya sudah sering ke sini," kata Safitri.
Angkasapura sendiri merupakan kawasan hijau, peninggalan Belanda.
Gado-gado Angkasapura, boleh dibilang, pelopor warung makan di bilangan Angkasapura.
Sebab, dahulu tak ada warung yang berani buka di daerah itu, lantaran sepi penduduk dan rawan tindak kriminal.
Namuk kini, ratusan perumahaan dinas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga rumah pribadi pejabat daerah berdiri kokoh di kawasan ini.
Keberadaan penduduk baru pun berdampak positif bagi penjualan gado-gado di warung milik Ferry. (*)