Sebut Ketua KNPI Tak Berhak Bicara soal PON XX Papua, Ondofolo Papua: Terus Dia Mau Lawan Presiden?
Bahkan, Ramses Wally mengatakan bahwa Haris Pertama tak memiliki hak untuk berbicara.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Pernyataan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI), Haris Pertama yang meminta PON XX Papua ditunda atau batal dinilai sangat keliru.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ondofolo Kampung Babrongko Kabupaten Jayapura, Ramses Wally.
Bahkan, Ramses Wally mengatakan bahwa Haris Pertama tak memiliki hak untuk berbicara.
“Dia tidak punya hak bicara PON Papua Batal,” ucapnya, Senin (9/8/2021).
Baca juga: Ondoafi Papua Nilai Ketua KNPI Haris Pertama Tidak Punya Hak Bicara Pembatalan PON XX Papua
Baca juga: PB PON XX Papua Diminta Segera Alokasikan Rp16 Miliar Untuk Klaster Jayapura
Ia pun mengatakan bersadarkan instruksi Presiden PON XX Papua tetap dilaksanakan.
“Presiden mengatakan apapun kondisinya PON tetap dilaksanakan, terus dia mau melawan Presiden," katanya.
Kata Ramses ivent PON merupakan harkat dan martabat orang Papua yang dipercayakan oleh Negara.
“Meskipun saat ini Papua masih di hadapkan dengan masalah Covid 19 dan persoalan-persoalan politik, namun semua itu tidak mempengaruhi pelaksanaan PON XX Papua pada bulan Oktober 2021 mendatang,” tegasnya.
Pernyataan Haris Pertama
Ketua Umum DPP KNPI, Haris Pertama mendesak pemerintah untuk membatalkan PON XX Papua.
Haris meminta pemerintah untuk memikirkan ulang penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 di situasi pandemi Covid-19.
Dipaparkan Haris, pemerintah mungkin lebih baik jika membatalkan penyelenggaraan PON Papua dalam waktu dekat ini.
Mengingat kasus Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun saat ini tengah mulai terjadi penurunan angka konfirmasi positifnya.
Hal tersebut harus dipertimbangkan, lantaran Haris berkaca pada olimpiade di Negara Jepang.
Menurut Haris, Jepang sebagai negara maju yang menyelenggarakan Olimpiade Tokyo 2020 tidak mampu menekan lonjakan kasus Covid-19 usai olimpiade.
