Fakta Oknum Guru Diduga Manipulasi Data agar Lolos PPPK, Ternyata Anak Pengawas Sekolah
Hasil seleksi kompetensi tahap I Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru telah diumumkan oleh pemerintah.
TRIBUN-PAPUA.COM - Terungkap kasus manipulasi data dalam seleksi kompetensi tahap I Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru yang terjadi di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Sejumlah guru yang merasa dirugikan akibat adanya manipulasi data tersebut kemudian melaporkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Blora.
Diketahui, hasil seleksi kompetensi tahap I Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru memang telah diumumkan oleh pemerintah.
Ketua Persatuan Guru Tidak Tetap dan Pegawai Tidak Tetap (GTT/ PTT) non K-2 (Progata) Blora, Aries Eko Siswanto mengatakan dugaan manipulasi data tersebut terjadi di dua sekolah di Kecamatan Jepon.
Baca juga: CCTV Rekam Aksi 1 Keluarga Buang Bayi di Depan Kios, Ini Pengakuannya saat Dibekuk Polisi
Baca juga: Nenek 70 Tahun di Sulsel Melapor ke Polisi, Jadi Korban Rudapaksa Cucu Menantu
"Pengaduan ada dari Jepon karena ada GTT yang membuat data yang tidak benar. Pengabdiannya kemarin tahun 2020 akhir, tapi dibuatkan nota tugas itu Februari 2019. Padahal untuk masuk dapodik (Data Pokok Peserta Didik) maksimal 12 Maret 2019," kata Aries saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/10/2021).
Menurutnya, oknum guru yang memanipulasi data tersebut dibuatkan nota tugas oleh kepala sekolah dan pihak koordinator wilayah.
"Padahal GTT baru tersebut tidak tiap hari masuk kerja. Itu yang disesali sama GTT lama," ujar dia.
Aries menjelaskan, oknum guru yang diduga melakukan manipulasi data ternyata anak dari seorang pengawas sekolah.
"Kami juga menyayangkan yang kasusnya Jepon itu ternyata yang masuk itu anaknya dari pengawas di sana, padahal sudah tahu aturan untuk bisa masuk dapodik, tapi kok malah dimanfaatkan seperti ini," ucap dia.
Baca juga: Soal Kasus 3 Anak Diduga Dirudapaksa Ayah di Luwu Timur, Mabes Polri: Tak Ada Tanda Trauma
Sementara salah satu oknum guru yang lain, kata Aries, malah mengundurkan diri menjadi guru seusai mengikuti ujian PPPK tahap pertama dan dinyatakan lolos.
"Untuk SD di Turirejo bahkan sudah mengundurkan diri di sekolah. Jadi setelah tes PPPK, September akhir karena merasa bersalah, akhirnya membuat surat mengundurkan diri di sekolah, dan sudah dikeluarkan dari dapodik. Tapi untuk proses PPPK kan masih berjalan, dan hasil PPPK dia lulus," terang Aries.
Adanya manipulasi data tersebut, sangat merugikan para guru yang memang berkeinginan untuk lolos sebagai PPPK.
"Mereka merasa kecewa, persaingannya berat karena masih banyak teman-teman yang bersertifikat pendidik, afirmasinya auto lulus di kompetensi teknis," jelas dia.
"Semula sudah bisa bernapas lega karena punya imunitas di induknya masing-masing, karena ada GTT yang seperti ini, akhirnya hilang kesempatan," tambah Aries.
Baca juga: Polisi: Kebakaran Ruko di Jalan Pasar Youtefa Abepura Akibat Korsleting Listrik
Tanggapan Bupati