ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

HIV dan AIDS

[BAGIAN KETIGA] Mengapa Perempuan Mendominasi Kasus HIV?

Studi yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2016 menunjukkan bahwa di Papua rasio perempuan dan laki-laki terpapar HIV positif adalah 3:1.

Editor: Roy Ratumakin
KOMPAS.COM/AHMAD SU'UDI
Aksi sosialisasi dan tes VCT jemput bola di destinasi wisata Plengsengan, Kampung Mandar, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, oleh KPA Banyuwangi, Rabu (1/12/2021). 

"[Saya] tidak kembali ke masa lalu, karena buat mama sedih. Karena mama mau yang terbaik, mau saya kuliah kedokteran, tapi saya buat mama sedih dan itu bikin saya pu hati juga sedih. Saya tidak mau begitu, sekarang saya fokus berobat saja," ujarnya kemudian.

Merujuk survei terpadu biologis dan perilaku di Papua, "banyak sekali perempuan di Tanah Papua itu memulai aktivitas di usia yang sangat muda," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.

 

 

"Jadi ada yang mulai usia 15 tahun, 16 tahun. Bahkan ada yang begitu dia sudah menstruasi, dia sudah dikatakan siap, artinya sudah melakukan aktivitas seksual," papar Nadia yang juga menjabat sebagai Manajer Program AIDS Nasional Kementerian Kesehatan.

Aditya Wardhana dari Indonesia AIDS Coalition menambahkan, budaya yang tidak mengindahkan perilaku seksual yang aman menjadi penyebab mengapa kasus HIV banyak terjadi pada perempuan Papua.

"Laki-laki memiliki banyak pasangan itu menjadi biasa, sehingga kemudian kalau kita bicara reproductive number, dari satu laki-laki itu mungkin dia menyebarkan [HIV] ke beberapa orang sekaligus, karena itu tadi budaya di sana yang kemudian memungkinkan terjadinya hal tersebut," kata Aditya.

Baca juga: Dominggus Fakdawer Buka Negosiasi Pulang Ke Persipura Usai Dilepas Persiba

Menurut Aditya, inilah yang kemudian membedakan epidemi HIV di Papua dengan daerah lain di Indonesia.

Di luar Papua, epidemi HIV terkonsentrasi pada kelompok risiko tinggi, seperti pekerja seks, orang yang memakai narkoba suntik dan hubungan sesama jenis.

Sementara di Papua dan Papua Barat, transmisi HIV terjadi pada populasi perempuan risiko rendah, yang terinfeksi HIV dari pasangannya.

"Jadi sudah layer berikutnya dari kelompok risiko tinggi, dan anak. "Kami yakin bahwa angka kasus yang ditemukan di Papua itu sebetulnya lebih besar dari yang dilaporkan karena memang harus kita akui persoalan infrastruktur menjadi krusial untuk wilayah seperti Papua," kata Aditya.

Baca juga: Kronologi Satgas Nemangkawi Lumpuhkan Anggota KKB Marten Belau, sempat Kontak Tembak

Lebih jauh, Aditya menjelaskan bahwa sebelum pandemi, situasi HIV/AIDS di Indonesia "cukup mengkhawatirkan".

Sebab, dibandingkan negara-negara Asia Pasifik lain, tren penularan HIV dan AIDS terus menanjak, sementara banyak negara lain sudah berhasil mengendalikan.

Kendala infrastruktur, kondisi geografis dan banyaknya perilaku berisiko, kata Aditya, membuat penanganan HIV/AIDS di Papua - apalagi di masa pandemi Covid - semakin menantang.

Ia mencontohkan, Kamboja telah berhasil meningkatkan akses pengetesan dan pengobatan dan menurunkan kasus baru.

Sumber: Tribun Papua
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved