Nasional
Ini 4 Tips Sebelum Menikah Agar Tak Sama Dengan 'Layangan Putus'
Serial "Layangan Putus" mengisahkan pernikahan yang luluh lantak akibat perselingkuhan.
Kenapa beda? Karena zaman kakek-nenek kita, belum ada handphone, belum ada media sosial, kehidupan juga belum secanggih sekarang. Kalau mau selingkuh berat di ongkos. Kalau nggak berduit, sulit mau selingkuh.
Zaman sekarang, selingkuh nggak perlu repot, cukup modal awal handphone dan jempol. Makanya, lihat saja sekarang, gaji pas-pasan aja bisa selingkuh!
Baca juga: Debut Manis Witan Sulaeman untuk FK Senica
Ada yang terkaget-kaget karena ternyata pasangannya temperamen. Ada yang shock karena pasangannya cemburuan buta.
Paling tidak enak tentunya kalau seorang istri kaget karena ternyata suaminya mata keranjang dan doyan main cewek, habislah. Selamat menderita dan makan hati!
3. Samakan Komitmen dan Pandangan Tentang Pernikahan
Saat pacaran, usahakan berkali-kali keduanya membicarakan tentang pernikahan yang diimpikan.
Pernikahan bukan main-main. Bahwa pernikahan adalah komitmen untuk saling mencintai dan saling setia sampai akhir hayat, no matter what, apapun yang terjadi.
Menyamakan persepsi dan mempertegas makna pernikahan dengan calon pasangan merupakan salah satu cara untuk komitmen menciptakan pernikahan yang sehat bebas dari perselingkuhan.
Kalau saat pacaran terlihat pasangan ogah-ogahan ketika diajak berbicara tentang komitmen pernikahan, atau menjawab dengan penuh diplomasi yang sebenarnya menolak komitmen, hati-hati. Bisa jadi sudah terlihat bibit-bibit perselingkuhan.
4. Pertimbangkan Pendapat Orangtua
Saat berpacaran, ada baiknya perkenalkan pasangan masing-masing ke kedua orangtua. Hal ini agar orangtua juga bisa merasa "klik" dengan calon menantunya.
Padangan dari orangtua menjadi pegangan kuat untuk mantap menuju gerbang pernikahan. Tanpa pendapat yang baik, tentu hubungan tak akan melangkah lebih jauh apalagi sampai menikah.
Mengapa harus mendapatkan pendapat dari orangtua? Karena bagaimanapun, orangtua lebih dulu lahir ke dunia.
Mereka sudah merasakan lebih dahulu pahit manisnya kehidupan, tentu intuisi mereka bisa saja lebih baik. Dan pastinya, semua orangtua ingin anak-anaknya mendapatkan pasangan hidup yang terbaik.
Situasi ini memang tidak bisa digeneralisasikan, karena pasti ada saja orangtua yang hanya melihat calon pasangan anaknya dari satu sisi dan justru mengesampingkan sisi-sisi krusialnya.