Tak Ambil Pusing soal Sanksi dari Barat, Rusia: Akan Ada Masalah tapi Bukan Berarti Tak Bisa Diatasi
Meski mengakui sanksi dari Barat bakal menyebabkan masalah, namun Rusia tidak terlalu ambil pusing karena masalah itu bukan berarti tak dapat diatasi.
TRIBUN-PAPUA.COM - Invasi Rusia ke Ukraina membuat Barat menyiapkan sejumlah sanksi untuk Negeri Beruang Merah.
Mengenai hal itu, Rusia menyebut sanksi dari Barat yang dialamatkan kepadanya memang akan menyebabkan masalah.
Namun, Rusia tidak terlalu ambil pusing karena masalah yang muncul dari sanksi bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi.
Sebaliknya, Rusia akan memperluas hubungan perdagangan dan ekonominya dengan negara-negara Asia, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Chernobyl Direbut Rusia, Dubes Ukraina Beri Peringatan dan Singgung Memori Kelam 1986

Pada Jumat (25/2/2022), ibu kota Ukraina, Kiev, dihujani rudal ketika pasukan Rusia kian mendekat,
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memohon kepada masyarakat internasional untuk berbuat lebih banyak, dengan mengatakan sanksi yang diumumkan sejauh ini tidak cukup.
Di sisi lain, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Rusia sengaja mengurangi ketergantungannya pada impor asing untuk melindungi diri dari sanksi.
"Tujuan utamanya adalah untuk memastikan swasembada lengkap dan substitusi impor lengkap jika perlu," kata Peskov.
Dia menambahkan, sebagian besar tujuan tersebut telah tercapai.
"Tidak diragukan lagi akan ada masalah, tetapi mereka bukan berarti tidak dapat diatasi," imbuh Peskov.
Baca juga: Siapkan Tumpukan Sanksi Ekonomi untuk Rusia, Uni Eropa: Kami akan Minta Pertanggungjawaban Kremlin
Kementerian Ekonomi Rusia mengatakan, Moskwa telah hidup dengan sanksi untuk waktu yang lama.
Oleh karenanya, Rusia akan meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi dengan Asia untuk melawan ancaman yang berasal dari Barat.
"Kami memahami bahwa tekanan sanksi yang kami hadapi sejak 2014 sekarang akan meningkat," kata kementerian itu.
"Retorika beberapa rekan asing kami sedemikian rupa sehingga kami telah siap untuk kemungkinan sanksi baru untuk waktu yang lama," sambung kementerian itu.
Sementara itu, analis dari Citi tidak sependapat dengan Moskwa.