Lipsus UMKM Jayapura
Kreativitas Mama Petronela: Manfaatkan Sampah, Merintis Usaha Mahkota Papua dari Nol
Petronela Merauje, warga Kampung Enggros, Kota Jayapura, memiliki sentuhan magis di kedua tangannya.
Penulis: Gratianus Silas Anderson Abaa | Editor: Roy Ratumakin
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Gratianus Silas
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Petronela Merauje, warga Kampung Enggros, Kota Jayapura, memiliki sentuhan magis di kedua tangannya.
Bagaimana tidak, ibu rumah tangga ini mampu mengubah sampah menjadi kerajinan khas Papua bernilai jual.
Petronela berkisah, awalnya sekadar iseng memanfaatkan benda-benda bernilai kriya di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, di pesisir Pantai Ciberry, Distrik Jayapura Selatan.
Baca juga: Mama Asli Papua Petronela Merauje Maknai Hari Ibu Sebagai Momen Spesial
"Awalnya hanya coba-coba membuat kerajinan gantungan dari buah pohon yang biasa jatuh di pantai," terang Petronella.
Berangkat dari situ, Petronela mulai membuat berbagai kerajinan, termasuk gantungan kunci.
Ibu enam anak ini mengaku bahwa keisengannya di bidang kerajinan tangan dimulai pada 2010.

Petronela kemudian bergabung di Komunitas Lindung Hutan Mangrove, di mana ia banyak terlibat dalam aktivitas daur ulang sampah.
Dari komunitas itulah, Petronella melihat dengan mata – kepalanya sendiri banyaknya sampah di dalam hutan mangrove.
Dari situ lahir motivasinya untuk membuat sesuatu bernilai jual dari bahan dasar sampah.
Kreasi awalnya adalah lampion, bunga hias, dan taplak meja dari sedotan bekas.
Baca juga: Pengrajin Mahkota dan Aksesoris Khas Papua, Petronela Merauje Akui Keunggulan BRILink
Kemudian, dikembangkannya lagi menggunakan kerang laut yang banyak ditemukan di bibir pantai.
“Dengan modal yang tidak begitu besar, saya mulai berpikir untuk mendatangkan uang dari kerajinan yang saya buat,”
Petronela sangat telaten dengan apa yang dikerjakan.
Mulai dari usaha rumahan hingga kemudian memiliki tempat tetap untuk menjajakan kreasinya.
Baca juga: Petronela Merauje Ajak Masyarakat Transaksi Lewat BRILink: Akses Mudah dan Tanpa Ribet
Dalam merintis usaha kerajinan lokal Papua, Petronela mengaku secara otodidak mengikuti tutorial dari Youtube, dan mencoba membuatnya.
“Saya rasa penasaran saja, terus coba lihat cara pembuatan kerajinan di Youtube, setelah itu baru mulai belajar,” ujarnya.
Melihat hasil menguntungkan dari usahanya itu, memotivasi Petronela untuk terus berinovasi.
Ia merambah kerajinan Noken yang dipercantik dengan hiasan kerang maupun bahan sampah daur ulang.

Belum puas, Petronela menantang dirinya untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dari kerajinan yang dibuatnya itu.
Petronela mengisahkan, dengan momentum Pekan Olahraga Nasional (PON), ia memikirkan kreasi dengan ciri khas Papua.
Dengan demikian, dapat menjadi souvenir bagi para atlet, ofisial, maupun wisatawan yang berkunjung.
Mahkota khas Papua menjadi ikon kerajinan yang dipilih Petronela.
Baca juga: Rejeki PON XX Papua, Petronela Merauje Raup Rp 15 Juta Selama Jualan di Venue Dayung
Namun, Petronela menemui tantangan, di mana bahan dasar untuk kerajinan mahkota itu cukup sulit didapatkan.
Umumnya, mahkota kulit kayu itu dibingkai dengan bulu burung kasuari.
Namun, bulu kasuari sulit ditemukan di Kota Jayapura.
Tak patah arang, Petronela menyiasatinya dengan menggunakan bulu ayam.
Terlebih bulu ayam lebih mudah didapatkan, baik di pasar maupun di lingkungan rumahnya.
“Selain bulu ayam, alternatifnya adalah bulu burung laut yang bisa ditemukan di bibir pantai. Ternyata hasilnya cantik, dan orang tertarik,”
Baca juga: Manfaatkan BRILink, Kini Petronela Merauje kirim Uang Sekolah Anak Tidak Perlu Menyeberang Laut
Hingga kini, dari ketekunannya membuat kerajinan, karya Petronela banyak dilirik peminat hingga terakhir ia dilibatkan dalam momen PON Papua.
“Saya sangat beryukur untuk bisa dilibatkan dalam momen PON XX kemarin, itu banyak membantu saya,” katanya.
Penghasilan saat PON Papua
Berkah penyelenggaraan momen Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, penjual pernak-pernik oleh-oleh khas Papua, Petronela Merauje mendapatkan penghasilan Rp 15 juta.
Lapak dagangannya berlokasi di pelataran Venue Dayung Teluk Youtefa, Holtekamp, Muara Tami, Kota Jayapura.

"Kita sudah dari tanggal 27 atau 29 September seingat saya, ini saya sudah dapat Rp 15 juta," ucapnya.
Dirinya mengakui Venue Dayung di Teluk Youtefa merupakan salah satu venue teramai oleh pengunjung, yang diyakininya sebagai salah satu penyebab jualan UMKM lebih laris.
UMKM Petronela Merauje menjajakan berbagai item-item khas Papua, yang dapat dijadikan oleh-oleh bagi para kontingen PON XX, mulai dari Tas Noken, Mahkota khas Papua, Kalung Gigi Buaya, baju kaos, topi kulit kayu, dan aksesoris khas lainnya.
Petronela juga menyebutkan jika harga yang dijual oleh UMKM miliknya relatif murah dibandingkan yang lainnya.
"Untuk tas Noken kalau punya saya ini, kisaran harga Rp 50 ribu sampai Rp 300 ribu," sebutnya.
Sementara untuk mahkota khas Papua dijual dengan harga Rp 150 ribu untuk ukuran kecilnya, dan Rp 300 ribu untuk ukuran besar.
Berbagai aksesoris milik UMKM Petronela Merauje, dijual Rp 10 ribu sampai Rp 100 ribu tergantung motifnya.
Sementara, produk khas dari UMKM Petronela Merauje yakni aksesoris kalung gigi buaya dibanderol Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu, tergantung ukurannya.
Kemudian untuk Topi Kulit Kayu berwarna cokelat, harganya Rp 100 ribu.
Sekadar diketahui, di Venue Dayung Teluk Youtefa terdapat 13 UMKM yang dilibatkan oleh otoritas terkait, sebagai pemenuhan kebutuhan oleh-oleh, souvenir, dan cenderamata bagi kontingen PON XX Papua.
Jumlah UMKM di Kota Jayapura
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Koperasi dan UMKM mencatat kondisi UMKM dan Koperasi di Papua, di mana jumlah UMK (Usaha Mikro Kecil) 148.647 usaha dan jumlah UMB (Usaha Menengah Besar) 2.823 usaha.
Adapun jumlah UMK dan UMB di 4 kota/kabupaten di Papua:
- Kota Jayapura yakni UMK 28.355 dan UMB 1.097;
- Kabupaten Jayapura UMK 10.518 dan UMB 182;
- Kabupaten Merauke UMK 14.076 dan UMB 342;
- Kabupaten Mimika UMK 12.842 dan UMB 336.
Papua memiliki potensi anak-anak muda kreatif berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang mengkombinasikan narasi kearifan budaya dan tradisi dengan teknologi.
Sudah ada beberapa jejaring komunitas kreatif seperti Numbay Kreatif (JKON) di Jayapura yang baru saja menyelenggarakan Konferensi Orang Kreatif (KO-OKE). (*)