Kesehatan
Orangtua Mudah Marah dan Lakukan Kekerasan Picu Pengendalian Diri Pada Anak Berkurang
Para orangtua tidak boleh menganggap remeh kekerasan pada anak baik seksual, kekerasan fisik, verbal, psikologis, eksploitasi
TRIBUN-PAPUA.COM,JAYAPURA - Para orangtua tidak boleh menganggap remeh kekerasan pada anak baik seksual, kekerasan fisik, verbal, psikologis, eksploitasi hingga pengabaian kesejahteraan.
Kekerasan terhadap anak bisa berupa kekerasan seksual, kekerasan fisik, verbal, psikologis, eksploitasi hingga pengabaian terhadap kesejahteraanya.
Hal ini rentan terjadi dirumah, sekolah, maupun lingkungan sekitar atau komunitas masyarakat.
Baca juga: Klasemen Sementara Liga 1 2021 setelah Persipura Jayapura Menang atas Bhayangkara FC di Pekan ke-31
Sayangnya, dampak dari kekerasan pada anak bisa berkepanjangan hingga mereka tumbuh dewasa bahkan mempengaruhi sikap anak di masa depan.
Sebelum memasuki masa perkembangan remaja, perkembangan anak usia 6-9 tahun perlu diperhatikan.
Hal tersebut meliputi perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan fisik, dan perkembangan emosi anak.
Baca juga: Terbukti Tidak Ada Unsur Kesengajaan, Sopir Vanessa Angel Tubagus Joddy Dituntut 7 Tahun Penjara
Salah satu yang menjadi perhatian pada perkembangan emosi seorang anak yaitu mengenai kekerasan.
Proses belajar pada anak adalah meniru. Apabila orangtua mudah marah, dan melakukan kekerasan maka pengendalian diri pada anak akan berkurang.
Secara tidak langsung, anak akan menjadi lebih mudah marah dan mudah merasa kesal. Pengendalian diri pada anak akan meniru dari orangtuanya.
Baca juga: Update Virus Corona di Papua dan Papua Barat Hari Ini, Kamis 17 Maret 2022: Total Kasus Capai 78.205
Trauma yang membekas pada anak bakal hilang sangat tergantung pada kondisi lingkungan.
Jika kekerasan pada anak tersebut hanya terjadi satu kali, namun disalah satu sisi anak mendapatkan kebaikan dari kedua orangtua misalnya anak sering diajak bermain, diajak jalan-jalan, dan mendapatkan pendidikan yang layak.
Baca juga: Polisi Tangkap Dua Pelaku Pembawa Narkotika Jenis Ganja di Pelabuhan Laut Jayapura
Maka bisa saja anak akan mudah memaafkan kedua orangtuanya.
Sehingga secara jangka panjang, kekerasan yang hanya dilakukan sekali sebenarnya tak menimbulkan trauma.
Baca juga: Iwan Syahril Sebut Teknologi Dorong Pembelajaran Berkualitas Bagi Anak Bangsa
Namun, ada juga anak merasa sulit menghilangkan trauma tersebut, lantaran begitu menyakitkan apa yang dilakukan oleh orangtuanya ketika melakukan kekerasan pada anak.
Dampak yang tidak diimbangi dengan bermain, makan yang kurang, dan pendidikan kurang akhirnya anak akan mengalami trauma jangka panjang dan sulit memaafkan kedua orangtuanya.
Baca juga: Pasca Kerusuhan Yahukimo, Polisi Sebut Warga Sudah Beraktivitas Seperti Biasa