Papua Terkini
Makilon Tabuni, Anak SD yang Meninggal Diduga Dianiaya Oknum TNI di Puncak Papua
Makilon Tabuni, satu di antara tujuh siswa SD di Kabupaten Puncak, Papua diduga meninggal akibat disiksa oleh oknum anggota TNI di Kabupaten Puncak.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Makilon Tabuni, satu di antara tujuh siswa Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Puncak, Papua diduga meninggal akibat disiksa oleh oknum anggota TNI dari kesatuan Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yodha.
Kejadian penyiksaan tersebut dilakukan di di pos keamanan PT Modern di Distrik Sinak.
Enam kerabat Makilon Tabuni lainnya yang disiksa yaitu Deson Murib, Aibon Kulua, Aton Murib, Disoliman Kulua, Eliton Murib, dan Weiten Murib.
Baca juga: Oknum TNI di Puncak Papua Diduga Siksa 7 Anak SD dari Pagi Hingga Malam: 1 Meninggal
Penyiksaan terjadi dari pagi hingga malam. Penyiksaan terhenti setelah Makilon Tabuni diketahui meninggal dunia.
Kasus meninggalnya Makilon Tabuni terkuat setelah Komnas HAM Papua melakukan investigasi pada 2 hingga 4 Maret 2022 terhadap satu di antara korban dan seorang kerabat korban di Timika, Kabupaten Mimika.
Dalam penyidikan tersebut, terungkap, penyiksaan tersebut dilakukan oleh anggota TNI Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yodha di Distrik Sinak.
Indikasi penyiksaan tersebut dikabarkan setelah hilangnya satu pucuk senjata api pada 22 Februari 2022.
Frits menjelaskan, dugaan penyiksaan dipicu senjata anggota dari Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yodha di pos keamanan PT Modern diambil tiga orang pada 22 Februari.
Senjata yang hilang adalah satu pucuk senjata laras panjang jenis SS2, 1 magazin, dan amunisi tajam kaliber 5,56 milimeter berjumlah 25 butir.
Baca juga: [INVESTIGASI] Prajurit TNI di Papua Diduga Siksa 7 Bocah SD Pakai Besi atas Tuduhan Pencurian Senpi
Anggota mencoba mengejar para pelaku, tetapi tidak berhasil menangkapnya.
Ketika terjadi peristiwa tersebut, tujuh anak sedang menonton televisi di pos keamanan satuan tersebut.
Anggota mencurigai tujuh anak ini dan membawa mereka ke salah satu ruangan di samping pos keamanan.
“Kami menemui salah satu korban yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Mimika. Sekujur tubuhnya mengalami luka-luka dan memar. Korban mengaku disiksa oleh anggota dari pagi hingga malam. Penyiksaan baru berhenti setelah Makilon meninggal,” ujar Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandey.
Baca juga: Komnas HAM Papua Dukung Pengadilan HAM Berlangsung di Papua
Komnas HAM Papua telah bertemu Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Teguh Muji Angkasa untuk menyampaikan hasil investigasi tersebut.
Namun, Pangdam Cenderawasih belum dapat memberikan keterangan karena belum memeriksa komandan dan anggota yang bertugas di pos tersebut.
Komnas HAM meminta Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengambil alih kasus ini.
Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Inf Candra Kurniawan ketika dikonfirmasi mengatakan, belum dapat berkomentar mengenai hasil investigasi Komnas HAM Papua terkait dugaan penganiayaan tujuh anak di Distrik Sinak. (*)