ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Jenderal Andika Masuk Bursa Capres, Pengamat Singgung Kinerja dan Bandingkan dengan Gatot Nurmantyo

Pengamat soroti kinerja Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa setelah masuk daftar kandidat capres Nasdem dan bandingkan dengan Gatot Nurmantyo.

Tribunnews/Jeprima
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa - Pengamat soroti kinerja Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa setelah masuk daftar kandidat capres Nasdem dan bandingkan dengan Gatot Nurmantyo. 

TRIBUN-PAPUA.COM - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menjadi satu di antara tiga bakal calon presiden (capres) yang akan diusung Partai Nasdem untuk Pilpres 2024.

Pengamat pertahanan dan keamanan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Robi Sugara pun menilai kinerja Jenderal Andika Perkasa sebagai panglima TNI terpengaruh kepentingan politik sejak namanya masuk bursa capres Nasdem.

Robi menyebut ada dua alasan kinerja jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI berpotensi ganda dengan kepentingan politik pribadinya.

Baca juga: Jadi Kandidat Capres Nasdem, Jenderal Andika Dinilai Bisa Jadi Kuda Hitam jika Hal Ini Terjadi

Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat menemui wartawan di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (25/05/2022).
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat menemui wartawan di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (25/05/2022). ((KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA))

Pertama, pengumuman akhir pengusungan calon presiden secara definitif dari Nasdem kemungkinan akhir tahun ini.

“Andika dengan jabatan yang dipimpinya berpotensi memanfaatkan power tersebut untuk mempengaruhi Nasdem mengusungnya, sebab secara personal Andika seperti membiarkan usulan dari Nasdem tersebut dan ini berpotensi abuse of power,” ungkap pengajar pengkajian stratejik FISIP UIN Syarif Hidatullah Jakarta, Minggu (24/7/2022).

Lebih lanjut, Robi juga membandingkan sikap Andika dengan Panglima TNI 2015-2017 Gatot Nurmantyo.

Gatot saat itu secara tegas mengatakan bahwa dirinya tidak akan mencalonkan atau tidak bersedia dicalonkan sebagai presiden selagi dirinya menjabat sebagai Panglima TNI.

Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo saat berkunjung ke Menara Kompas, Jakarta, Senin (23/4/2018).
Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo saat berkunjung ke Menara Kompas, Jakarta, Senin (23/4/2018). ((KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES))

Baca juga: Ketum Nasdem: Ada yang Bilang Jangan Tarik-tarik Panglima TNI Sekarang tapi Pemilunya Kan Masih 2024

“Jadi pilihan buat Andika ada dua yaitu mengundurkan diri atau dirinya mengatakan bahwa dirinya tidak bersedia dicalonkan,” saran Robi.

Alasan kedua, menurut Robi ketika tidak ada sikap yang jelas oleh Andika, maka pekerjaannya sebagai Panglima TNI berpotensi menjadi tidak profesional.

“Sebab apapun yang akan dilakukaannya saat ini pasti syarat ditunggangi dengan pencitraan dirinya untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas,” kata Robi.

Secara regulasi, Robi mengatakan bahwa tidak ada yang dilanggar oleh Andika dalam tindakannya ini tetapi secara etika ini menciderai profesionalitas TNI di kemudian hari.

“Sebab ketika nama Andika masuk ke bursa capres, itu sudah pasti ditarik pada kepentingan politik sementara dirinya masih menjabat sebagai panglima TNI dan ini tentu berbeda dengan kasus Anies dan Ganjar yang keduanya menempati jabatan politik,” ujar Robi. 

Respons Jenderal Andika Perkasa soal Maju Pilpres

Diberitakan oleh Kompas.com, sebelum resmi diumumkan menjadi kandidat bakal capres oleh Partai Nasdem, Jenderal Andika Perkasa sempatt enggan berkomentar banyak soal namanya yang disebut-sebut masuk bursa capres.

Mantan KSAD itu enggan menanggapi prediksi lembaga survei dan hanya melempar senyum ke awak media saat ditanya mengenai hal tersebut.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved