Sosok
Sosok Isak Osbabur, Pemuda Asal Biak Numfor Tekuni Batik sejak SMA Berawal dari Hobi
sejak di bangku SMK Negeri 5 Jayapura saya mulai kenal, dan menyukai batik, terlebih saat saya menonton orang membatik lewat televisi
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: M Choiruman
"Saya sempat mengikuti lomba membatik di Jawa dan sangat senang kala itu bisa berkumpul dan bertukar pikiran bersama teman-teman sesama pengrajin batik," kisahnya.
Meskipun di lingkungannya, sering dihadapkan dengan pengrajin batik yang lebih senior atau tua, tetapi Isak tak menjadi minder, justru dijadikannya sebagai pemantik dalam memotivasi diri.
"Saya selama ini menggambar itu di kertas dan ketika saya belajar ke sanggar termasuk ke senior, maka kelihaian saya menggambar dan melukis itu terpakai saat membatik bahkan bisa kembangkan lagi lebih baik," ucapnya.
Baca juga: Semarak PON XX, Khofifah Berikan Kain Batik Jawa Timur kepada 4 Mama Meepago
Ditanya soal latar belakang keluarga Isak, nyatanya bakat membatik atau seni yang ia miliki memang sudah menjadi DNA tersendiri, sebab ia memiliki saudara yang berprofesi sebagai pengrajin pula.
"Saya punya kebiasaan membatik ini sekarang telah menjadi passion, bahkan selain orangtua yang mendukung tetapi juga teman-teman," ujarnya.
Bahkan, rekan-rekan Isak sangat senang dengan hobi membatiknya dan tak jarang meminta tolong dibuatkan batik.
Baca juga: Batik Phokouw Faa, Sediakan Souvenir PON XX di Venue Softball Agus Kafiar
Lelaki tamatan jurusan kriya seni dari Kampus ISBI itu mengatakan, saat ini ia dan teman-teman yang tergabung dalam sanggar batik, terus memproduksi dan menghasilkan karya-karya batik Papua terbaik.
"Kami biasanya memasarkan kalau ada pameran-pameran, dan melalui media sosial juga, ini platform yang bisa kita manfaatkan dengan maksimal," ujarnya.
Untuk harga kain batik tulis per meternya dibanderol dengan harga Rp 400.000 lalu, untuk batik cap dijual Rp 200.000 per meternya.
Baca juga: Tunjang Kebutuhan Oleh-oleh Saat PON XX, Papua Batik Exclusive Luncurkan Batik Spesial PON
"Memang yang paling sulit pengerjaannya bagi kami itu batik tulis karena prosesnya cukup lumayan lama," sambungnya.
Dalam membatik, lelaki murah senyum itu ingin mengangkat potensi sumber daya Papua yang dapat dijadikan inspirasi ataupun objek membatik.
"Kita di Papua, khususnya di Biak Numfor saja itu masih banyak ide-ide yang belum tereksplorasi, makanya saya inginkan agar apapun itu bisa dibuatkan objeknya dalam batik," imbuhnya.
Baca juga: 10 Motif Batik Daerah di Indonesia, serta Filosofinya: Kamoro dari Papua hingga Lumbon dari Banyumas
Terakhir, Isak berpesan kepada anak-anak muda Papua untuk tetap menekuni hobi masing-masing dan selalu meningkatkan skill atau kemampuan, serta kemauan keras untuk belajar supaya maju.
"Buatlah sesuatu yang positif, marilah berkarya karena dari pada kita membuang waktu untuk hal-hal negatif dan tidak ada gunanya," tutupnya. (*)