Sosok
Sosok Isak Osbabur, Pemuda Asal Biak Numfor Tekuni Batik sejak SMA Berawal dari Hobi
sejak di bangku SMK Negeri 5 Jayapura saya mulai kenal, dan menyukai batik, terlebih saat saya menonton orang membatik lewat televisi
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: M Choiruman
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Aldi Bimantara
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Tak seperti pemuda Papua pada umumnya, lelaki muda asal Biak bernama Isak Samuel Osbabur (28) telah menyukai dan menekuni membatik mulai duduk di bangku SMA, karena telah menjadi hobinya.
Jika anak SMA sebayanya di Papua memiliki kegemaran sepak bola atau menekuni bidang olahraga, lain halnya dengan Isak, di mana ia telah jatuh cinta dengan canting dan kain serta lilin malam untuk membatik.
Baca juga: Globalkan Batik Khas Papua, Forum Pasar Mama Papua Gelar Pameran Perdana di Jayapura
Secara khusus kepada Jurnalis Tribun-Papua.com, Selasa (11/10/2022), Isak mengisahkan secara detail dan runut mengapa ia menaruh hati dan pikirannya terhadap proses membatik.
"Jadi jauh sebelum kuliah, sejak di bangku SMK Negeri 5 Jayapura saya mulai kenal, dan menyukai batik, terlebih saat saya menonton orang membatik lewat televisi," katanya.
Lelaki murah senyum itu mengaku terpukau tatkala melihat pengrajin batik dengan lihainya mampu membuat batik dengan proses yang unik menurutnya.
"Dari itu saya terinspirasi dan mulai mencoba untuk belajar, sebelumnya memang saya orangnya suka dengan karya seni mulai dari menggambar dan melukis," bebernya.
Sejak SMK, Isak sudah mampu membuat batik tulis dan pertama membatik, ia langsung mencobanya pada kain.
"Kalau ditanya tantangannya, bagi pemula waktu itu saya agak kesulitan dan kaku memegang canting sebab belum terbiasa saja," sebut Isak.
Baca juga: Kelompok Binaan Batik Disperindagkop Kota Jayapura Terima Sertifikat Profesi Kompetensi
Singkat cerita, Isak mulai menapaki proses belajar membatiknya dengan mencari ke sana dan ke mari, wadah ataupun sanggar membatik yang dapat menjadi tempat untuk berkembang.
Tak butuh waktu lama, Isak kemudian menemukan Sanggar Batik Phokouw Faa dan bergabung sejak 2015.
"Saat mulai bergabung, di Sanggar Batik Phokouw Faa ini banyak merubah cara pandang saya terhadap karya seni, selain pengetahuan baru dan proses belajar yang saya dapat," tuturnya.
Baca juga: Generasi Muda Papua di Kota Jayapura Semakin Cinta Batik
Mengetahui putra asli Biak Numfor itu tekun belajar membatik, orangtua Isak sangat merasa senang dan mendukung penuh keinginan sang anak untuk menjadi seorang pengrajin batik yang sukses di masa depan.
"Orangtua saya sejak awal sudah mendukung secara 100 persen, terlebih ini hal yang positif, dan bagi saya tak ada kata malu walaupun mungkin di Provinsi Papua, agak masih jarang yang menekuni hobi ini," tandasnya.
Tak patah arah, meskipun hobinya membatik bagi seorang anak muda Papua mungkin saja tak umum, tetapi Isak menepis hal itu dengan prestasi.
Baca juga: Jokowi Pakaikan Jaket Bermotif Batik ke Seorang Kakek di Blora, Oni Priyono: Saya Teriak
"Saya sempat mengikuti lomba membatik di Jawa dan sangat senang kala itu bisa berkumpul dan bertukar pikiran bersama teman-teman sesama pengrajin batik," kisahnya.
Meskipun di lingkungannya, sering dihadapkan dengan pengrajin batik yang lebih senior atau tua, tetapi Isak tak menjadi minder, justru dijadikannya sebagai pemantik dalam memotivasi diri.
"Saya selama ini menggambar itu di kertas dan ketika saya belajar ke sanggar termasuk ke senior, maka kelihaian saya menggambar dan melukis itu terpakai saat membatik bahkan bisa kembangkan lagi lebih baik," ucapnya.
Baca juga: Semarak PON XX, Khofifah Berikan Kain Batik Jawa Timur kepada 4 Mama Meepago
Ditanya soal latar belakang keluarga Isak, nyatanya bakat membatik atau seni yang ia miliki memang sudah menjadi DNA tersendiri, sebab ia memiliki saudara yang berprofesi sebagai pengrajin pula.
"Saya punya kebiasaan membatik ini sekarang telah menjadi passion, bahkan selain orangtua yang mendukung tetapi juga teman-teman," ujarnya.
Bahkan, rekan-rekan Isak sangat senang dengan hobi membatiknya dan tak jarang meminta tolong dibuatkan batik.
Baca juga: Batik Phokouw Faa, Sediakan Souvenir PON XX di Venue Softball Agus Kafiar
Lelaki tamatan jurusan kriya seni dari Kampus ISBI itu mengatakan, saat ini ia dan teman-teman yang tergabung dalam sanggar batik, terus memproduksi dan menghasilkan karya-karya batik Papua terbaik.
"Kami biasanya memasarkan kalau ada pameran-pameran, dan melalui media sosial juga, ini platform yang bisa kita manfaatkan dengan maksimal," ujarnya.
Untuk harga kain batik tulis per meternya dibanderol dengan harga Rp 400.000 lalu, untuk batik cap dijual Rp 200.000 per meternya.
Baca juga: Tunjang Kebutuhan Oleh-oleh Saat PON XX, Papua Batik Exclusive Luncurkan Batik Spesial PON
"Memang yang paling sulit pengerjaannya bagi kami itu batik tulis karena prosesnya cukup lumayan lama," sambungnya.
Dalam membatik, lelaki murah senyum itu ingin mengangkat potensi sumber daya Papua yang dapat dijadikan inspirasi ataupun objek membatik.
"Kita di Papua, khususnya di Biak Numfor saja itu masih banyak ide-ide yang belum tereksplorasi, makanya saya inginkan agar apapun itu bisa dibuatkan objeknya dalam batik," imbuhnya.
Baca juga: 10 Motif Batik Daerah di Indonesia, serta Filosofinya: Kamoro dari Papua hingga Lumbon dari Banyumas
Terakhir, Isak berpesan kepada anak-anak muda Papua untuk tetap menekuni hobi masing-masing dan selalu meningkatkan skill atau kemampuan, serta kemauan keras untuk belajar supaya maju.
"Buatlah sesuatu yang positif, marilah berkarya karena dari pada kita membuang waktu untuk hal-hal negatif dan tidak ada gunanya," tutupnya. (*)