Info Jayapura
Tanamkan Literasi Lingkungan, Anak-anak di Kampung Yokiwa Diajak Mencintai Danau Sentani
Anak-anak diajarkan untuk mengetahui jenis ikan endemik, ikan asing, larangan buang sampah sembarangan, saluran keluarnya air dari Danau Sentani.
Penulis: Putri Nurjannah Kurita | Editor: Paul Manahara Tambunan
Pertama perkenalan dengan 10 jenis ikan endemik, 7 jenis ikan asing, kemudian ikan yang siklus hidupnya berada di air tawar dan air laut yang sekarang hanya tinggal satu jenis saja.
Sebagai peneliti ikan, saat ini sekitar 12 jenis ikan asing yang sengaja dan tidak sengaja dimasukkan di dalam danau yang kemudian sekarang menjadi masalah. Salah satunya adalah Ikan Lohan.
"Saat survei awal 2007, saya hanya dapat 1 atau 2 ekor, nah itu yang saya kenalkan kepada anak-anak,"jelasnya.
Kedua kegiatan sastra diberikan materi tentang Lantunan yang biasanya dinyanyikan oleh masyarakat saat ada orang meninggal, kisah seorang yang berjasa, Cerita Rakyat (khas Sentani).
Tujuan kegiatan pengadian tersebut menurutnya untuk meningkatkan kecintaan bagi anak-anak melalui pengetahuan agar dapat dipelihara dan dijaga.
Baca juga: Terbentur Anggaran, Pemkab Jayapura Optimis Kongres Masyarakat Adat Nusantara Berjalan Sukses
Alasannya ide itu muncul karena Danau Sentani terjadi banyak perubahan, ikan yang sudah punah, pohon ditebang, sampah, erosi, dan penimbunan untuk bangunan restoran.
Henderite mengemukakan pengetahuan yang anak-anak terima dari pengalaman sehari-hari sudah berbeda dari generasi sebelumnya. Pengalaman sehari-hari itu bisa saja mempengaruhi kecintaan bagi anak-anak terhadap Danau Sentani untuk mencintai alam sekaligus budayanya.
Setelah pengajaran bersama timnya kembali melakukan evaluasi, evaluasi pertama dibandingkan dengan evaluasi kedua, anak-anak lebih yakin mengenai perusakan danau yaitu sampah. Sementara pengetahuan tentang ikan asli tidak terlalu tinggi, memori yang tenggelam.
Ide lain muncul dalam evaluasi, kata Henderite, pilihan lain itu yaitu membentuk Kelompok Anak Cinta Sentani menjadi sasaran yang kemungkinan terpikir untuk dibentuk di kampung lain.
"Kami bisa bina mereka, mereka punya komunitas melalui Perpustakaan kampung,"katanya.
Danau Sentani sendiri mengalami perubahan semenjak bencana banjir bandang Sentani Maret 2019. Perubahan itu cukup besar karena luapan air yang tinggi dan bertahan selama tiga bulan. Beberapa tempat rusak, sebagian masyarakat tidak berani lagi meminum air dari danau.
Dirinya menceritakan pada awal 2022 hujan kembali lebat berhari-hari yang mengakibatkan air danau naik lagi. Danau sedang tidak baik-baik saja, katanya, ada hutan disekeliling yang rusak namun tidak dilindungi oleh akar pohon, air masuk ke danau.
"Kualitas air berubah dan komunitas ikan endemik tidak bisa tahan terhadap perubahan dan mati, justru ikan asing yang dapat bertahan,"ujarnya.
Hal itu menjadi perhatian bersama rekan timnya hingga membuat Yayasan Itei Huba Sentani dimana dapat mempengaruhi anak melalui buku-buku.
Penulisan buku tentang danau dan ikan. Dongeng tapi ada pesan moral. Kegiatan tersebut, lanjutnya, memang tidak bisa dilihat dalam hitungan hari karena membutuhkan proses untuk meninjau pengetahuan anak yang baik dan meningkat.