ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sosok

Kisah Adriana Demetou, Putri Papua Sukses Jadi Dokter hingga Layani Masyarakat di Pedalaman

Semangat Chorlance Adriana Demetou tak pernah padam. Pada 2019, Ria berhasil memperoleh gelar sarjana.

Tribun-Papua.com/Istimewa
SOSOK - Chorlance, Gadis Papua Jadi Dokter Melalui Beasiswa ADik. (Dok. Puslapdik Kemendikbud) 

TRIBUN-PAPUA.COM - Semangat Chorlance Adriana Demetou tak pernah padam.

Mengusung motto pantang menyerah, membuat perjuangannya berbuah manis.

Gadis asli kelahiran Kabupaten Keerom, Papua itu kinisukses menjadi seorang dokter.

Namun, proses menggemblengnya jadi pejuang seutuhnya.

Pada 2019, Ria berhasil memperoleh gelar sarjana.

Awalnya, Adriana Demetou diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu dengan beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) pada tahun 2013 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Baca juga: Sosok Vredy Itlay, Pemuda Asli Papua Pejuang Pendidikan: Jualan Sate Babi demi Kuliah S2 di Jayapura

Ria, begitu dia disapa, lalu berhasil menyelesaikan pendidikan profesinya yang sempat tertunda karena pandemi pada 2022.

Pada gelaran wisuda Universitas Bengkulu periode ke-98 pada15 Juni 2022 lalu, Ria terpilih sebagai wisudawan Menginspirasi.

“Kunci sukses saya hingga selesai kuliah di Fakultas Kedokteran ini adalah punya tujuan hidup dan tidak cepat menyerah, mensyukuri apa yang didapat, termasuk saat menerima beasiswa ADik, sebab dari semua pendaftar, hanya sedikit yang diterima," kata Ria, dirangkum dari Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik).

Suka duka saat berkuliah

Sebagai orang Papua yang kuliah di Bengkulu dengan perbedaan bahasa, budaya, bahkan fisik, Ria mengakui mengalami suka dan duka.

Ria bercerita, saat pertama kali datang ke Bengkulu, banyak yang bertanya, “Kalian di Papua apa makan nasi ngga sih, emang sejadul itukah pandangan terhadap Papua?” tanya Ria sambil tertawa.

Begitu juga saat di jalanan di Bengkulu, ia mengaku menjadi pusat perhatian banyak orang, ditertawakan, dikira orang asing, dan berbagai pandangan lainnya yang cenderung negatif yang menurut Ria sebagai hal yang wajar karena jarang sekali orang Papua di Bengkulu.

Ria memantapkan niat awalnya untuk kuliah
Ria memantapkan niat awalnya untuk kuliah, memperkuat tujuan hidupnya untuk bermanfaat bagi orang lain.

Pandangan dan penilaian orang Bengkulu terhadap mahasiswa Papua itu, dikatakan Ria, menjadi salah satu alasan beberapa mahasiswa Papua penerima ADik tak kuat menjalani perkuliahan dan kembali ke Papua.

Dari sembilan orang mahasiswa penerima ADik tahun 2013 seangkatan Ria, yang berhasil selesai kuliah hingga wisuda hanya empat orang.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved