Sosok
Kisah AKP Katharina Aya, Polwan yang Jadi Guru: Terpanggil untuk Berantas Buta Aksara di Jayapura
Ini berawal dari program gerakan baca tulis (Gabus) yang digagas oleh Kapolres Jayapura, AKBP Fredrickus WA Maclarimboen sejak 2022 lalu.
Penulis: Calvin Louis Erari | Editor: Gratianus Silas Anderson Abaa
Laporan wartawan Tribun-Papua.com, Calvin Louis Erari
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Menjadi tenaga pengajar buta aksara bukanlah hal yang mudah.
Namun itu bukan alasan bagi AKP Katharina H Lelang Aya, anggota Polwan Polres Jayapura.
Kepada Tribun-Papua.com, di Sentani, Katharina berkisah, di mana ia menjadi tenaga pengajar buta aksara.
Ini berawal dari program gerakan baca tulis (Gabus) yang digagas oleh Kapolres Jayapura, AKBP Fredrickus WA Maclarimboen sejak 2022 lalu.
Tujuan program ini tak lain memberantas buta aksara di Bumi Kenambai Umbai.
Baca juga: Menapak Pendidikan di SD Negeri Inpres Trimuris Mamberamo Raya Papua
Atas program itu, dia merasa terpanggil untuk terlibat dalam gerakan tersebut.
Atas niat mulianya, Katharina bersama beberapa Polwan lainnya pun terlibat sebagai tenaga pengajar.
Merekapun diberi pelatihan ke Balai Pengembangan (BP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Provinsi Papua di Jayapura.
Tepat pada Maret 2022, Katharina dan beberapa Polwan lainnya diterjunkan ke lapangan untuk mengajar.
Baca juga: Melalui Program Gabus, Polisi Beri Perubahan untuk Masyarakat Papua
Katharina ditemani 9 Polwan lainnya, ditempatkan di Kompleks Toladan, Distrik Sentani Kota, Kabupaten Jayapura.
Di bulan yang sama, Katharina bersama rekan-rekannya dan ketua RT serta Pendeta, mulai bersosialisasi kepada warga setempat.
Namun, dalam proses itu, mereka mengalami kendala, yaitu penolakan dari warga Toladan.
"Kita sempat ditolak saat itu karena masyarakat pikir kami mengajarkan hal-hal yang salah untuk mereka," kata Katharina.

Warga pun bertanya kepada mereka, kenapa Polisi datang untuk mengajar, namun dengan penuh kesabaran, Katharina pun menjawab pertanyaan mereka.
"Kami datang untuk ajar buta aksara, bukan untuk apa-apa," katanya.
Atas jawaban itu, akhirnya mereka diterima, dan diizinkan untuk melaksanakan proses belajar-mengajar di halaman salah gereja disitu.
Karena sudah ada izin, mereka tidak tunggu lama dan langsung mengumpulkan masyarakat sekaligus memberikan pengertian soal buta aksara.
"Akhirnya warga pahami dan ikut belajar dengan kami," ujarnya.
Baca juga: HIPMI Papua Berbagi Kasih, Serahkan Bingkisan Lebaran bagi Anak-anak Masjid dan Panti Asuhan
Di atas lantai tanah, awal proses pembelajaran dilakukan dengan pengenalan huruf, menulis, maupun menghitung.
Selama berjalan seminggu, antusiasme warga mulai tinggi untuk ikut belajar bersama.
Tak ayal jumlah warga setempat yang ingin belajarpun bertambah hingga mencapai 29 orang.
"Terutama mama-mama dan anak-anak, bahkan mereka bilang, mau ikut belajar karena ingin tahu membaca Alkitab dan menulis, serta tidak lagi dibodohi," ujarnya.
Baca juga: Nella Tempmul: Program Gabus Mampu Cerdaskan Masyarakat Papua
Karena semakin banyak, Katharina dan bersama 9 rekannya mulai berpikir untuk menentukan waktu pertemuan mereka, agar tidak mengganggu rutinitas sebagai seorang Polisi.
"Akhirnya kita putuskan agar pertemuan belajar dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis, pada pukul 16.00 WIT.”
“Waktu ini kami sesuaikan dengan mama-mama yang ikut belajar, agar tidak mengganggu aktivitas berjualan mereka juga," jelasnya.
Dengan waktu yang telah ditentukan, proses pembelajaran Program Gabus di Toladan pun berjalan hingga mereka mendapatkan 1 bangunan berukuran sedang dari Polres Jayapura sebagai rumah belajar.
Katharina bersama rekan-rekannya menuai hasil baik.
Mama-mama yang ikut belajar pun tahu membaca, menulis, dan berhitung.
"Dalam kelompok yang saya ajar, Puji Tuhan dua orang sudah mendapat Sertifikat Sukma Buta Aksara dari Pemerintah Kabupaten Jayapura," katanya
Mesti diakui bahwa dalam prosesnya, program ini masih membutuhkan sentuhan.
Sebab, masih dibutuhkan perlengkapan belajar, seperti buku, alat tulis dan lain sebagainya.
"Alat tulis yang kami sediakan juga seadanya saja, karena itu datang dari inisiatif kami untuk menjawab kebutuhan yang ada," ujarnya
Walau dengan berbagai kekurangan, tidak mengurangi semangat Katharina untuk terus terpacu mengajar mereka yang buta aksara.
"Prinsipnya, kita melayani saja dengan hati, kalau kurang, yah memang kurang tapi mau gimana, yah kita jalani saja. Mereka juga selalu mendoakan kami ketika selesai kegiatan belajar. Prinsipnya buta aksara ini harus diberantas," tambahnya.
Atas prinsipnya, gerakan belajar dan menulis kepada masyarakat pun terus berjalan dengan lancar hingga saat ini.
"Saya berharap, bagi siapa saja yang mau datang untuk belajar, boleh datang karena program ini terbuka dan gratis.”
“Jangan pernah malu untuk belajar, karena belajar itu penting," pungkasnya. (*)
Tribun-Papua.com
Gerakan Baca Tulis (Gabus)
Sosok
Polres Jayapura
AKP Katharina H Lelang Aya
PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Distrik Sentani Kota
Kabupaten Jayapura
AKBP Fredrickus WA Maclarimboen
Cerita Ketua DPR Papua Pegungan Yos Elopere Pulang Kampung: Mendengar, Menegur, dan Membantu |
![]() |
---|
Jurnalis Tribun Papua Yulianus Magai Terpilih Jadi Finalis Duta Bahasa Setahun Papua 2025 |
![]() |
---|
Pelayan Kecil di Tanah Besar, Cerita Bidan Dian Melayani Masyarakat Pedalaman Papua |
![]() |
---|
Perenang Cilik Asal Merauke Tembus 5 Besar Nasional di Stadion Akuatik GBK |
![]() |
---|
Kisah Meki Nawipa: Hanya dengan Tuhan Yesus, Saya Selesaikan Sekolah Pilot dan Jadi Gubernur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.