ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sejarah

Kelly Kwalik, Prabowo dan Pembebasan 11 Peneliti Ekspedisi Lorenz di Papua

Kelly Kwalik dikenal sebagai kombatan OPM paling brutal dan berbahaya. Ia sangat ditakuti di internal tentara OPM.

Tribun-Papua.com/Istimewa
Tim Ekspedisi Lorentz 95 yang diculik OPM Kelly Kwalik. 

Proses negosiasi sempat dilakukan oleh International Red Cross (IRC) atau Palang Merah Internasional.

Lobi-lobi IRC tak membuahkan hasil. OPM di bawah komando Kelly Kwalik ngotot, meminta syarat Papua dilepas dari Indonesia, dan menjadi sebuah negara merdeka.

"Saya minta ubi harus dapat ubi, bukan minta ubi dikasih ketela!," tutur Kelly Kwalik, seraya mengibaratkan kemerdekaan Papua mutlak tak boleh ditawar Indonesia.

Padahal sebelumnya, anggota OPM Daniel Yudas Kogoya yang menyandera awal belasan tersebut menampilkan sikap kompromis dan lunak dalam negosiasi.

Hanya, Jenderal OPMM Kelly Kwalik mengambil langkah intervensi dan sikap keras kepala.

Prabowo Subianto saat menjabat Danjen Kopassus
Prabowo Subianto saat menjabat Danjen Kopassus (Istimewa)

Kelly Kwalik meminta tebusan yakni menuntut kemerdekaan Papua baru sandera akan dibebaskan.

Hingga Mei 1996, sebelas sandera masih ditahan. Penyanderaan memasuki hari ke-120. Beberapa di antaranya mulai terjangkit penyakit seperti malaria maupun tekanan psikis.

Brigjen Prabowo Subianto memberikan keterangan kepada wartawan usai menuntaskan misi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua. (Dok: Asep Zebe/Youtube) (Tribun-Papua.com/Istimewa)
Kopassus Beraksi

Tuntutan Kelly Kwalik sudah pasti dimentahkan pemerintah Indonesia.

Di Jakarta, Brigjen Prabowo Subianto yang kala itu menjabat Komandan Jenderal Kopassus mengusulkan agar para sandera dibebaskan lewat operasi militer.

Meski berisiko tinggi, pejabat TNI di Markas Besar menyetujui usulan menantu Presiden Soeharto tersebut.

Kamis, 9 Mei 1996, Kopassus menyiapkan operasi militer rahasia. Ada 800 pasukan TNI diterjunkan, bersenjatakan AK dan SSI.

Lima unit helikopter TNI AU diterbangkan mendropping pasukan guna penyekatan lokasi penyanderaan.

Sebanyak 200 prajurit di antaranya diterbangkan menggunakan helikopter yang disamarkan untuk warga sipil.

Kopassus Grup-5 Antiteror yang saat itu dipimpin Prabowo Subianto siap perang kontra OPM.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved