Info Nabire
Perang Antar Suku Moni dan Mee di Nabire Harus berhenti: Bukan Budaya yang baik
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pariwisata Nabire, Fabianus Pekei mengklaim, perang ini merupakan budaya yang tidak baik, sehingga harus ditinggalkan.
Penulis: Calvin Louis Erari | Editor: Lidya Salmah
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Calvin Louis Erari
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Perang antarsuku Moni dan Mee pecah di Wadio, Nabire, Papua Tengah.
Perang ini dipicu aksi pemalangan dan penganiayaan yang berakhir dengan pembakaran rumah pada 23 April 2024 lalu.
Baca juga: Konflik Antar Suku di Nabire Papua Tengah, Pastor Yance Yogi Turun Tangan
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pariwisata Nabire, Fabianus Pekei mengklaim, perang ini merupakan budaya yang tidak baik, sehingga harus ditinggalkan karena memberi dampak negatif.
"Artinya, dengan persoalan yang terjadi saat ini, perlu disikapi semua pihak dan memberikan edukasi positif kepada generasi mudah papua tengah kedepan terjadi hal seperti itu mengatasnamakan suku, tetapi harus melihat langsung oknum yang menyebabkan persoalan terjadi," kata Fabianus kepada Tribun-Papua.com, di Nabire, Sabtu, (27/4/2024).
Fabianus beperndapat bahwa, masyarakat saat ini sudah harus beralih ke budaya yang lebih baik.
"Artinya, apabila ada masalah, maka itu tidak harus diselesaikan dengan perang, tetapi menggunakan cara yang lebih baik, seperti dilakukan dialog bersama dan lain sebagainya, agar oknum tersebut diproses hukum," katanya.
Kemudian, lanjutnya, perang juga merupakan budaya yang tidak baik, untuk itu biarkan apa yang pernah terjadi sehingga menyebabkan konflik (perang) ini dijadikan cerita, sehingga generasi kita kedepan tidak lagi meneruskan.
"Saat ini zaman sudah berbeda dengan yang dulu. Artinya, pola perang yang dilakukan manusia sekarang dengan cara teknologi digital dan lain sebagainya, dan pola inilah yang digunakan di dunia ini. Jadi bukan lagi menggunakan fisik," tandasnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Perang Antar Suku Moni dan Mee Pecah di Wadio Nabire Papua Tengah
Masih dikatakan Fabianus, budaya wajib dikembakan dan dipertahankan, melestarikan tetapi itu yang memberikan dampak positif seperti, melestarikan noken, beternak, berkebun dan lain sebagainya.
Selain itu, menurut Fabianus, jika dilihat dari sisi budaya juga, suku Moni, Mee dan Dani merupakan saudara.
"Untuk itu, perang yang terjadi, tidak boleh terulang lagi, sebab kita semua bersaudara," ujarnya.
Fabianus pun berharap, perang yang terjadi antardua suku tersebut, dapat diselesaikan.
"Marilah berdamai, dan jangan terus seperti begini, karena kita harus kembali untuk mengisi ruang-ruang pembangunan yang ada saat ini agar kedepan, semua dapat bersaing dalam perkembangan zaman," harapnya. (*)
Salut Nabire Diresmikan, Dina Pidjer: Pendidikan adalah Kunci Kemajuan Bangsa |
![]() |
---|
ASN Pemkab Nabire Diminta Bijak Menyikapi Informasi |
![]() |
---|
Pemkab Nabire Kembali Gelar Gerakan Pangan Murah: Cegah Inflasi |
![]() |
---|
Lomba Yospan Tingkat Pelajar Nabire Digelar, Martina Deba: Tapi Tanpa Seni Segalanya Tak Berarti |
![]() |
---|
Ini Harapan Pangdam Cenderawasih saat Menutup TMMD 2025 di Nabire |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.