PT Freeport Indonesia
Kisah Nikson Otanefake, Peserta Pelatihan Apprentice IPN Freeport Berjuang Demi Keluarganya
Perjalanan Nikson dari Jika ke kota Timika tidak mudah setelah menerima kabar lolosnya dari panitia seleksi pada saat dirinya masih di kampung.
Penulis: Marselinus Labu Lela | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Marselinus Labu Lela
TRIBUN-PAPUA.COM, TIMIKA- Nikson Otanefake (26) merupakan pemuda asal Kamoro yang menetap di Distrik Jita, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah kini tergabung dalam program pelatihan apprentice Papuan Bridge Program (PBP) Youth Entrepreneurship Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) PT Freeport Indonesia (PTFI).
Nikson Otanefake merupakan salah satu peserta dari 127 peserta yang diterima panitia seleksi program pelatihan apprentice untuk mengikuti pelatihan selama satu tahun kedepan guna merubah hidup dan keluarganya.
Perjalanan Nikson dari Jika ke kota Timika tidak mudah setelah menerima kabar lolosnya dari panitia seleksi pada saat dirinya masih di kampung yang letaknya cukup jauh.
Jarak antara Distrik Jita ke kota Timika jika menggunakan transporasi laut bisa menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam lamanya.
Baca juga: PT Freeport Setor Rp 3,35 Trilun untuk Pemda, Rektor Uncen: Perkuat Infrastruktur Dasar
Jarak cukup jauh membuat nikson sempat berfikir untuk tidak melanjutkan pelatihan di IPN karena waktu diberikan sangat singkat, apalagi adanya keterbatasan transportasi.
Setelah mendengar kabar bahwa dirinya diterima, dirinya kemudian berusaha mencari jalan dengan meminta bantuan orang sekitar yang memiliki perahu.
"Sulit sekali hidup di kampung dengan penuh keterbatasan. Saya coba cek pesawat perintis tetapi pada saat itu tidak terbang sehingga saya meminta bantuan orang untuk tiba di Timika," kata Nikson kepada Tribun-Papua.com.
Selain terkendala tranportasi kata Nikson dirinya pada saat itu tidak punya uang di badan untuk membeli bensin ke Timika.
"Saya harus cari uang Rp 600 ribu untuk beli bensin agar bisa sampai Timika. Puji Tuhan saya bisa sampai menggunakan perahu dari kapung," katanya.
Ia mengungkapkan, perjalanannya ke Timika meninggalkan ibunya yang kala itu sedang menderita sakit tetapi semua itu tak mematahkan semangatnya untuk berjuang.
"Saya sudah hilang akal tetapi dengan tekat yang kuat saya harus mengambil kesempatan ini karena belum tentu semua orang bisa diterima," ujarnya.
Lanjut Nikson, kesempatan baik ini tak bisa ia tinggalkan karena ini kesempatan langkah dan merupakan peluang bagi dirinya.
"Terimakasih leluhur, keluarga semua yang mendukung sehingga saya bisa berada di titik ini," katanya.
Ia menyebut, sebelum mendaftar di IPN dirinya merupakan salah satu operator PLN di Distrik Jita tetapi dia memutuskan meninggalkan pekerjaan itu.
"Sekarang saya fokus di IPN dulu. Pembukaan progam ini saya tahu dari dari teman. Saya coba saja daftar online, saya pikir pasti tidak lulus tetapi saya mendapat kabar baik setelah dihubungi panitia," ucapnya.
Baca juga: Manajemen dan Serikat Pekerja Tandatangani PKB, Menaker: Freeport Contoh Baik Bagi Perusahaan Lain
Di IPN dirinya mengikuti pelatihan mekanik alat berat padahal dirinya menempuh pendidikan ilmu pemerintahan tetapi hingga saat ini belum mendapatkan kesempatan.
"Susah sekali melamar di pemerintahan akhirnya saya gabung dengan PLN dan kini berada di IPN. Saya harap bisa bekerja di PTFI," tuturnya.
Berada di IPN menurut Nikson untuk menghidupi keluarganya apalagi kedepan dia di terima di PTFI.
"Ayah saya sudah meninggal dan kini saya tulang punggung keluarga. Saya harus bisa berbuat sesuatu untuk ibu saya dan adik-adik yang masih sekolah," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.