ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Info Nabire

Siapkan Anggaran Khusus, Begini Cara Pemkab Nabire Atasi Penyebaran Virus ASF Pada Ternak Babi

Bupati Nabire, Mesak Magai mengatakan, akibat ancaman ASF, jumlah ternak babi menurun.

Penulis: Calvin Louis Erari | Editor: Lidya Salmah
Tribun-Papua.com/Calvin Louis Erari
Bupati Nabire Mesak Magai 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Calvin Louis Erari

TRIBUN-PAPUA.COM, NABIRE - Penyebaran Virus African Swine Fever (ASF), kini menjadi ancaman untuk peternak babi di Kabupaten Nabire, Papua Tengah.

Bupati Nabire, Mesak Magai mengatakan, akibat ancaman ASF, jumlah ternak babi menurun.

"Kasihan, kita deteksi untuk jumlah ternak babi di Nabire ini sekitar 34.000 ekor, tapi karena ASF ini, menyebabkan 3 hingga 4 ribu ekor sudah mati," kata Mesak kepada Tribun-Papua.com, Jumat, (13/12/2024).

Dengan jumlah korban ternak yang cukup banyak, Mesak bilang, dirinya telah memerintahkan dinas teknis untuk mengambil langkah strategis.

"Jadi kita sudah alokasikan anggaran 1 Miliar untuk atasi persoalan ini, dan mudah-mudahan dapat cepat teratasi," ujarnya.

Baca juga: Pasca ASF, Dinas Peternakan dan Hewan Sosialisasikan Cara Penanganan Peliharaan Babi

Selain itu Mesak menyarankan, untuk mencegah ASF ini, para peternak babi perlu rutin berkonsultasi dengan Dinas Peternakan.

"Karena virus ini bisa dapat menyebar melalui udara," katanya.

Untuk dampak dari ASF sendiri kepada manusia, menurut Mesak tidak ada.

Diketahui, ASF merupakan, penyakit pada babi yang sangat menular, dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.

Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap desinfektan.

Dari tingkat berbahaya kepada dari ASF juga tidak ada, karena virus ini bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.

Sementara untuk tanda-tanda klinis dari ASF yaitu, di antaranya terjadi kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum, diare berdarah, berkumpul bersama, dan kemerahan pada telinga.

Lalu demam (41 derajat Celsius), Konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang2 muntah, diare atau sembelit, pendarahan kulit sianosis, serta babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, tidak mau makan.

Kemudian, penyebaran ASF sendiri dapat terjadi melalui, kontak langsung, serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan, dan pakan yang terkontaminasi 

Selain itu, untuk babi yang terkena penyakit ASF, isolasi hewan sakit dan peralatan serta dilakukan pengosongan kandang selama 2 bulan. 

Untuk babi yang mati karena penyakit ASF dimasukkan ke dalam kantong dan harus segera dikubur oleh petugas untuk mencegah penularan yang lebih luas, serta tidak menjual babi yang terkena penyakit ASF serta tidak mengkonsumsinya. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved