Papua Terikini
UPDATE Kericuhan di Jayapura, Wakil Bupati Siap Mediasi Kedua Pihak Bertikai di Kampung Harapan
Massa akhirnya melakukan aksi membakar puluhan tempat jualan Mama-mama Papua yang berdagang tepat di samping Stadion Lukas Enembe.
Penulis: Putri Nurjannah Kurita | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjanah Kurita
TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI - Penyerangan oleh sekitar delapan orang pemuda membawa panah dan jubi ke dalam bangunan Gereja GKI Filadelfia Asei Nolokla mendapat amukan balik dari pemuda serta masyarakat di Kampung Harapan, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu (2/4/2025).
Pagi tadi sekitar pukul 10.00 WIT Gereja GKI Filadelfia Asei Nolokla diserang oleh delapan orang warga asal Papua Pegunungan. Saat itu, jemaat baru saja selesai prosesi ibadah pemberkatan pasangan yang menikah.
Akibat kejadian penyerangan itu dua orang warga jemaat terluka dan satu orangnya dilarikan ke RSUD Yowari.
Massa akhirnya melakukan aksi membakar puluhan tempat jualan Mama-mama Papua yang berdagang tepat di samping Stadion Lukas Enembe.
Wakil Bupati Jayapura Haris Richard Yoku akhirnya tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 14.40 WIT.
Haris mengatakan luapan emosi masyarakat karena terjadi penyerangan di dalam gereja merupakan hal yang wajar namun jangan sampai merugikan semua pihak, apalagi terjadi keributan di dalam gereja.
Baca juga: Kawasan Stadion Lukas Enembe Papua Mencekam, Massa Hajar Seorang Pemuda: Polisi Letuskan Senjata
"Marah itu wajar dan emosi, saya paham tapi tidak boleh ribut di dalam gereja," katanya.
Menurut Haris, setiap orang harus menghormati waktu beribadah.
"Dengan alasan apapun tidak dibenarkan," katanya.
Wakil Bupati Jayapura itu mengatakan, akan meminta bantuan kepada Polres Jayapura untuk bersama memediasi kedua belah pihak yang bertikai.
Dirinya menekankan tidak akan berpihak kepada siapapun. Masalah ini harus segera diselesaikan.
"Nanti saya minta tolong panggil untuk klarifikasi. Saya siap untuk memfasilitasi. Saya siap bantu. Kedua belah pihak kita duduk dan selesaikan," katanya.

Sementara itu, Pendeta GKI Filadelfia Asri Nolokla Chrisanti Tetjuari Harun mengatakan, awal konflik ini terjadi ketika seseorang yang diketahui tidak dalam kondisi sehat secara jasmani duduk diatas motor seorang warga jemaat.
Warga jemaat ini kemudian meminta orang tersebut meninggalkan motornya.
"Dalam kondisi ini bukan motornya yang punya motor sedikit terganggu sehingga meminta meninggalkan motor itu, sehingga dari sini ada banyak terjemahan yang berbeda, karena dia lari akibatkan kekerasan secara fisik oleh orang yang ada disekitar gereja," katanya.

Orang tersebut mendapat pukulan dan berdarah.
Baca juga: Ricuh di Sentani, Pendeta GKI Filadelfia Minta Semua Pihak Duduk Bersama: Sikapi dengan Bijak
"Awal itulah yang memicu keadaan hari ini," katanya.
Pendeta Chrisanti berharap peristiwa ini bisa diselesaikan secara baik. Seluruh pihak harus duduk bersama baik gereja, pemerintah kampung, kepolisian, adat, hingga pemerintah di Gunung Merah turun untuk menyelesaikan masalah ini.
"Kami harap tidak bekepanjangan. Keterikatan masyarakat di sini baik, ini harus berjalan baik sehingga tidak ada pihak yang merasa sangat dirugikan," ujarnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.