Kerusuhan di Papua
Saat Wiranto Minta Najwa Shihab Tak Asal Tuduh Pemerintah Terkesan Tutupi Informasi soal Rusuh Papua
Menkopolhukam Wiranto meminta presenter Najwa Shihab tak asal menuduh terkait rusuh di Papua.
TRIBUNPAPUA.COM - Menteri Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto meminta presenter Najwa Shihab tak asal menuduh terkait rusuh di Papua.
Pernyataan itu dilontarkan Wiranto saat dicecar pertanyaan soal informasi mengenai rusuh di Papua, dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (4/9/2019).
Awalnya, Najwa Shihab menanyakan soal kondisi terkini di Papua yang disebut berangsur kondusif.
"Data yang kami himpun total ada 6.000 pasukan gabungan TNI-Polri di Papua dan Papua Barat," ucap Najwa Shihab.
"Apakah memang perlu pasukan sebanyak itu Pak Wiranto?," tanya Najwa Shihab.
• Pemilik Akun yang Diduga Unggah Komentar SARA soal Papua Ditangkap Polisi
Menanggapi pertanyaan tersebut, Wiranto menjelaskan bahwa pasukan sebanyak itu memang dibutuhkan.
"Bukan untuk menekan, bukan untuk memerangi rakyat, bukan," jawab Wiranto.

"Tetapi justru kita butuhkan untuk bagaimana menjaga masyarakat agar tidak menjadi korban, dari suatu kerusuhan."
Wiranto lantas menjelaskan alasan lain penugasan ribuan aparat gabungan di Papua dan Papua Barat.
• Sebut Persoalan Papua adalah Rasa Tak Percaya, Alissa Wahid Kritik Pendekatan oleh Pemerintah
"Yang kedua juga kita butuhkan untuk melindungi obyek-obyek vital, obyek-obyek penting, instalasi-instalasi penting," papar Wiranto.
"Fasilitas-fasilitas umum yang memang untuk publik, itu kalau tidak dilindungi, tidak dijaga, dibakar, dirusak, itu akan sangat merugikan rakyat sendiri."
"Jadi jangan kemudian disalahtafsirkan dikirimkan justru untuk memerangi rakyat kita, tidak pernah."
"TNI-Polri dipersenjatai, dilatih bukan untuk memerangi rakyat sendiri, tapi menjaga rakyat kita," ungkap Wiranto.
Najwa Shihab kemudian menanyakan soal penilaian sejumlah kalangan terkait ribuan pasukan itu.
"Yang jelas sejumlah kalangan menilai pelibatan sebanyak itu justru menimbulkan kesan intimidatif," kata Najwa Shihab.