ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Jokowi Beri Ancaman kepada Mafia Migas: Saya Gigit Orang Itu! Enggak Selesai-selesai

Jokowi mengancam para mafia impor minyak dan gas (migas) yang menghambat berjalannya program pemerintah untuk mengurangi defisi transaksi berjalan.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Presiden Joko Widodo memberikan arahan dalam Rakornas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Tahun 2019 di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2019). Dalam arahannya, Presiden Jokowi meminta agar jajaran TNI dan Polri membantu pemerintah daerah dalam mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan. 

TRIBUNPAPUA.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengancam para mafia impor minyak dan gas (migas) yang menghambat berjalannya program pemerintah untuk mengurangi defisit transaksi berjalan yang melebar.

Hal itu disampaikan Jokowi dalam menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (28/11/2019).

"Yang saya sampaikan, kalau mengganggu B20, B30, dan urusan DME, hati-hati. Akan saya gigit orang itu! Enggak selesai-selesai masalah ini kalau nggak kita selesaikan," kata Jokowi, dilansir dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (28/11/2019).

Bahkan, Jokowi mengantongi nama para pelaku mafia migas yang kerap mengimpor.

Namun, mantan wali kota Solo ini tak mau menyebutkan pelaku mafia tersebut.

Kedekatan Betrand Peto dan Sarwendah Disorot Netizen, Ruben Onsu: Mereka Terlalu Banyak Mendikte

"Kenapa lama tidak kita lakukan? Ya karena kita senang impor. Siapa yang impor? Ya orang-orang yang senang impor, bapak ibu saya kira tahu semuanya,"

"Ada yang senang impor dan tidak mau diganggu impornya, baik itu minyak baik itu LPG. Ini mau saya ganggu," paparnya.

Menurut Jokowi, selain harus mampu bertahan dari berbagai tekanan eksternal cara berikutnya adalah dengan mencari sumber-sumber baru.

Jokowi mengaitkan hal tersebut dengan transformasi ekonomi yang tengah dikejar oleh pemerintah.

Selama ini Indonesia banyak mengekspor komoditas dalam bentuk bahan mentah, seperti nikel, timah, bauksit, hingga batu bara.

Update Polisi soal Kasus Bocah 6 Tahun Tewas Terjepit Komidi Putar Pasar Malam: Aturannya Ditemani

Padahal, apabila komoditas tersebut diolah sehingga menghasilkan produk turunan berupa barang jadi atau setengah jadi maka akan memiliki nilai tambah yang lebih besar.

"Sebagai contoh batu bara, kalau dioleh menjadi DME, menjadi polypropylene bisa mengganti impor kita atas LPG, bisa mengganti impor bahan-bahan baku untuk pakaian," pungkasnya.

Demikian juga dengan produk lain seperti kelapa sawit yang bisa diolah menjadi biodiesel, dan nikel, mangan, serta cobalt yang produk turunannya bisa menjadi bahan untuk lithium baterai.

Lebih jauh, Jokowi menyebut, pemerintah tengah mengatur strategi besar bisnis negara agar Indonesia bisa menjadi pemain besar penghasil produksi lithium baterai dunia.

"Karena ke depan yang namanya mobil listrik itu pasti akan besar-besaran diproduksi karena orang sudah tidak senang lagi menggunakan energi fosil," imbuhnya.

Saat Sri Mulyani Tersentil dengan Pidato Nadiem Makarim: Makanya Kita Mulai Berpikir

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved