ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Siaran Resmi, Iran Gelar Sayembara Rp 1,1 Miliar Bagi Siapa yang Bisa Membawakan Kepala Donald Trump

Pascaserangan rudal yang menewaskan Komandan Pasukan Quds, pemerintah Iran membuat sayembara.

instagram/realdonaldtrump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump 

TRIBUNPAPUA.COM - Pascaserangan rudal yang menewaskan Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani dan Kepala Hashed, Abu Mahdi al-Muhandis di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020) pemerintah Iran membuat sayembara.

Iran menawarkan hadiah sebesar 80 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 1,1 triliun untuk membayar kepala Donald Trump.

Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump. (Anthony Behar via time.com)

Hal tersebut diketahui dari siaran resmi pemerintah Iran mengatakan hadiah puluhan juta dolar akan diberikan kepada siapapun yang berhasil membunuh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Dikutip dari en24 via Tribunnews.com, hal tersebut setara dengan jumlah penduduk Iran.

"Iran memiliki 80 juta penduduk. Berdasarkan populasi Iran, kami ingin mengumpulkan 80 juta dolar Amerika untuk hadiah bagi mereka yang bisa membawa kepala Presiden Trump," bunyi pengumuman seperti dilansir en24.

White House
White House (whitehouse.gov)

Selain itu, Iran juga menargetkan White House alias Gedung Putih untuk membalas dendam terkait serangan Amerika Serikat yang menewaskan dua tokoh penting Iran.

Dilansir Daily Mirror, hal itu diungkapkan anggota parlemen Iran, Abolfazl Aboutorabi pada Minggu (5/1/2020).

"Kami bisa menyerang Gedung Putih sendiri," kata Aboutorabi.

"Kami bisa menyerang mereka di tanah Amerika. Kami punya kekuatan, insya Allah kami akan menyerang pada waktu yang tepat," imbuhnya.

"Kami bisa menyerang mereka di tanah Amerika. Kami punya kekuatan, insya Allah kami akan menyerang pada waktu yang tepat," imbuhnya.

Pernyataan Aboutorabi itu diiringi sumpah Iran yang akan balas dendam atas kematian Qasem Soleimani.

Sementara pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, memperingkatkan pangkalan, kapal perang, dan tentara Amerika Serikat.

"Saat peti mati prajurit dan perwira Amerika mulai diangkut ke Amerika Serikat, Trump dan pemerintahannya akan menyadari mereka benar-benar telah kehilangan wilayahnya," ujar Nasrallah.

Warga Iran berbaris di jalan-jalan kota barat laut Ahvaz, sebagi penghormatan kepada Qasem Soleimani, Minggu (5/1/2020).
Warga Iran berbaris di jalan-jalan kota barat laut Ahvaz, sebagi penghormatan kepada Qasem Soleimani, Minggu (5/1/2020). (Daily Mirror)

Masih mengutip Daily Mirror, Amerika Serikat mengirim empat ribu penerjung payung tambahan dari Divisi Lintas Udara ke-82 untuk memperkuat pangkalannya di Irak.

Namun, Minggu kemarin, Baghdad bersiap mengusir pasukan asing di tanah mereka.

Pemerintah Baghdad melarang pasukan asing menggunakan tanah, wilayah, udara, atau air dengan alasan apapun.

Seputar Tewasnya Jenderal Top Iran; Diserang Rudal atas Perintah Trump, Tanpa Pemberitahuan DPR AS

Awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan kabar penyerangan seorang jenderal kenamaan Iran yang diduga dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat.

Kabar itu diumumkan oleh Hashed al-Shaabi, kelompok paramiliter Irak yang mendapatkan sokongan dari Teheran, Jumat (3/1/2020).

"Wakil Kepala Hashed, Abu Mahdi al-Muhandis, dan Kepala Pasukan Quds Qassem Soleimani, terbunuh dalam serangan di jalanan Bandara Internasional Baghdad," ungkap Hashed.

Donald Trump Dimakzulkan secara Rezmi, Ketua Komite Yudisial: Presiden AS Tak Diperkenankan Diktator

Dikutip TribunPalu.com dari Kompas.com, Hashed menuduh Amerika Serikat berada di balik serangan yang menewaskan Soleimani yang merupakan komandan ternama di Iran.

Rudal tersebut menghantam konvoi Hashed al-Shaabi dan menewaskan delapan orang termasuk sosok-sosok penting.

Dalam video yang tersebar di media sosial, tampak kendaraan terbakar dengan ada beberapa benda seperti tubuh manusia terbaring di dekatnya.

AS punya rencana penyerangan dengan target sosok yang berhubungan dengan Iran

(Kolase/AFP/IRANIAN SUPREME LEADERS WEBSITE/HO VIA KOMPAS.COM/US Today)

Dikutip dari BBC, seorang pejabat AS yang tak disebutkan namanya mengaku, mereka menggelar serangan yang menargetkan sosok yang berhubungan dengan Iran.

Namun, pejabat anonim tersebut tidak menjelaskan secara detail.

Tidak pula dijelaskan apakah serangan tersebut ada hubungannya dengan serangan yang direncanakan oleh AS.

Muhandis memang merupakan wakil kepala, tetapi banyak kalangan yang meyakini bahwa dia sosok paling berpengaruh, di mana ia masuk dalam daftar AS.

Sementara, Soleimani merupakan komandan dari Pasukan Quds, sayap dari Garda Revolusi yang merupakan cabang elite militer Iran.

Serangan itu terjadi setelah Selasa (31/12/2019), massa pendukung Hashed menyerang Kedutaan Besar Irak di Baghdad.

Donald Trump Dimakzulkan oleh DPR AS, Sri Mulyani Sebut Indonesia Harus Waspada

Aksi balas dendam AS atas serangan roket Iran

Washington menyatakan, mereka hanya membalas atas serangan roket yang menewaskan kontraktor sipil pada Jumat (27/12/2019).

Menteri Pertahanan Mark Esper menyatakan, dia menuduh Iran berada di balik aksi massa di kedubes dan menegaskan tak mentoleransi serangan terhadap warga dan kepentingan mereka.

"Setiap serangan terhadap kami bakal dibalas dengan waktu, tempat, dan cara yang kami tentukan. Kami meminta Teheran menghentikan aktivitas jahat mereka," tukasnya.

Serangan atas Arahan Presiden

Presiden AS, Donald Trump
Presiden AS, Donald Trump (Kompas.com/AFP/SAUL LOEB)

AS melalui Pentagon mengumumkan, jenderal top Iran Qasem Soleimani tewas dalam serangan "atas arahan presiden".

Menteri Luar Negeri Iran, Mohamed Javad Zarif, menyebut langkah itu "berbahaya dan berpotensi menyulut eskalasi yang konyol".

"Atas arahan presiden, militer AS menggunakan tindakan penting dengan membunuh Qasem Soleimani, Kepala Pasukan Quds," ujar Pentagon.

Dilansir AFP dan BBC Jumat (3/1/2020), langkah itu diambil guna mencegah rencana serangan Teheran di masa mendatang.

Pentagon menyatakan, perwira berpangkat Mayor Jenderal itu secara aktif merencanakan serangan terhadap diplomat maupun militer AS di Timur Tengah.

"Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds bertanggung jawab atas kematian ratusan warga AS maupun koalisi, serta ribuan orang yang terluka," jelas Pentagon.

Reaksi Donald Trump Diundang Pidato oleh DPR AS seusai Dimakzulkan, Singgung soal Upaya Kudeta

Washington menjelaskan, perwira tinggi berusia 62 tahun itu mendalangi serangan terhadap markas mereka di Irak.

Termasuk, serangan roket yang menewaskan seorang kontraktor sipil AS di wilayah Kirkuk pada Jumat pekan lalu (27/12/2019).

"Amerika Serikat akan terus melanjutkan segala tindakan untuk melindungi warga dan kepentingan kami di mana pun mereka berada," tegas Pentagon.

Penyerangan tanpa pemberitahuan DPR AS

Anggota DPR AS mengaku, mereka tak diberi tahu jenderal top Iran, Qasem Soleimani, tewas diserang atas perintah Presiden Donald Trump.

Ketua Hubungan Luar Negeri DPR AS, Eliot Engel menyatakan, serangan atas jenderal Iran itu tidak melalui konsultasi dengan Kongres.

Politisi dari Demokrat itu berkata, Soleimani jelas "dalang kekerasan" yang terjadi, dengan "darah orang AS di tangannya".

"Tetapi, memaksakan kebijakan ini jelas bakal memberikan problem yang serius," lanjut Engel dilansir AFP Jumat (3/1/2020).

"Selain itu, tindakan tersebut merupakan penghinaan terhadap kekuasaan Kongres AS sebagai lembaga yang setara," jelasnya.

Trump
Trump (https://internasional.kompas.com/read/2019/06/23/20275411/trump-kesal-penasihatnya-malah-mendorongnya-perang-dengan-iran)

Secara tradisional Gedung Putih biasanya akan memberitahukan baik DPR AS maupun Senat mengenai rencana militer mereka.

Namun menurut Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer, mereka sama sekali tidak mendapat pemberitahuan akan serangan itu.

Sementara politisi Republik, yang notabene partai Trump, tidak menyatakan apakah mereka sudah mendapat informasi atau belum.

Resolusi Kuasa Perang mewajibkan seorang Presiden AS memberi tahu Kongres dalam 48 jam setelah operasi melibatkan militer.

Namun sejumlah politisi Demokrat mengungkapkan, kekuasaan lembaga mereka tereduksi sejak Trump berkuasa pada 2017.

"Bahkan jika ini adalah serangan bela diri, mereka (Gedung Putih) tidak mendapat otorisasi Kongres. Mereka harus menjelaskan kepada kami sesuai UU," tegas Engel.

Qasem Soleimani adalah jenderal Pasukan Quds yang dikenal hanya menaati Pemimpin Tertinggi Iran, dalam hal ini Ayatollah Ali Khamenei.

Para politisi Demokrat memperingatkan, kematian Soleimani bisa membuat AS selangkah lebih dekat terlibat perang dengan Iran.

Tagar World War III ramai di Twitter

Sementara Presiden Donald Trump merilis gambar bendera AS dalam kicauannya di Twitter menyusul kematian komandan top Iran itu.

Donald Trump pun kembali membuat cuitan mengenai penyerangannya kepada sosok komandan kenamaan Iran.

 

Saling berbalas aksi penyerangan ini membuat tanda pagar atau tagar #WWIII alias World War III merajai trending topic di Twitter selama sembilan jam terakhir.

Hingga saat ini tagar tersebut telah dicuitkan sebanyak 499 ribu cuitan pengguna Twitter.

Tagar World War III
Tagar World War III (Tangkapan Layar trends24.in)

(TribunPalu.com/Tribunnews.com/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul Iran Gelar Sayembara Berhadiah Rp1,1 Triliun untuk Kepala Trump, Klaim Akan Serang Gedung Putih

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved