ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sebut Wajar Susi Marah saat Natuna Diusik, Dedi Mulyadi: Dia Punya Hubungan Emosional dengan Laut

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengaku memahami kemarahan Susi Pujiastuti saat Laut Natuna diusik.

Editor: mohamad yoenus
instagram.com/susipudjiastuti115
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti 

TRIBUNPAPUA.COM - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengaku memahami kemarahan Susi Pujiastuti saat Laut Natuna diusik.

"Dia itu orang yang sejak kecil hidup dalam habitat dan ekosistem laut. Dia memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan laut karena laut menjadi habitat dirinya," ujar Dedi melalui sambungan telepon, Selasa (7/1/2020).

Menurut Dedi, sikap reaktif Susi mulai dari rencana ekspor baby lobster hingga pencurian ikan di Natuna, adalah refleksi dari seorang ibu yang memiliki panggilan kuat karena merasa kehidupan anaknya terganggu.

Dia merasa bahwa lingkungan habitat dia ada yang mengusik.

Sikap reaktif itu, kata Dedi, sudah bukan lagi sikap politik, melainkan sikap psikologis yang akan dilakukan oleh siapa pun yang kehidupan anaknya terganggu.

"Persis seperti ayam yang terganggu ketika sedang mengerami anak-anaknya. Dan, spirit itulah yang membuat Bu Susi selama ini memiliki tingkat keberanian yang sangat tinggi, mengalahkan siapapun, ketika dia jadi menteri Kelautan dan Perikanan," katanya.

Soal Natuna, Luhut Sebut Pemerintah akan Perkuat Bakamla: Kalau TNI Terus yang Tampil, Kok Sangar

Melindungi ekosistem laut

Dedi menilai Susi mempunyai penghitungan ekosistem dan semangat perlindungan teritorial yang sangat tinggi terhadap wilayah.

"Kita harus jujur, kita melakukan otokritik, bahwa selama ini kita elah melakukan kebodohan-kebodohan tentang laut," katanya.

Misalnya, sambungnya, Singapura adalah kompetitor Indonesia dari sisi bisnis.

Singapura merupakan negara tetangga yang sudah biasa hidup berkompetsi.

Seperti ketika tetangga punya mobil dan berusaha untuk bisa membeli mobil. Hal tersebut bagi Dedi adalah hal biasa.

"Nah, aneh kan negara kita ini, ketika kita berkompetisi dengan Singapura, kita malah mengirim pasir laut sehingga wilayah Singapura semakin luas," katanya.

Namun dampaknya, kata dia, bibir-bibir pantai habis.

Misalnya, bibir pantai Jayanti sampai Cipatujauh habis dikeruk. Selain itu, nelayan asing menggunakan bom ikan sehingga karang menjadi habis.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved