ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Virus Corona

Melihat dari China, Epidemiolog Ingatakan Gelombang Kedua Covid-19 di Indonesia: Bisa Lebih Besar

Epidemiolog, Dicky Budiman memberi memperingatkan akan adanya gelombang kedua Virus Corona di Indonesia.

(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Selasa (31/3/2020). Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan dua tempat pemakaman umum (TPU) untuk memakamkan pasien terjangkit virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni di TPU Tegal Alur di Jakarta Barat dan TPU Pondok Ranggon di Jakarta Timur. Jenazah yang dapat dimakamkan di sana, yakni yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan berstatus positif terjangkit virus corona. 

TRIBUNPAPUA.COM - Epidemiolog, Dicky Budiman memberi memperingatkan akan adanya gelombang kedua Virus Corona di Indonesia.

Dalam ungkapannya ini ia melihat berdasarkan apa yang terjadi di Provinsi Hubei, China setelah mereka membuka akses.

Pasalnya, kasus-kasus impor baru Virus Corona justru kembali terjadi.

Epidemiologis Asal Inggris Ingatkan Hati-hati Lihat Data Statistik Covid-19 di Indonesia: Waspadalah

Menanggapi hal tersebut, Dicky di acara Metro Pagi Prime Time pada Senin (20/4/2020) menjelaskan apa yang menyebabkan gelombang kedua itu bisa terjadi.

"Jadi penyebab adanya gelombang kedua serangan ini, sebagaimana semua pandemi dalam sejarah pandemi itu memiliki serangan yang tidak hanya satu tahap atau tahap gelombang," jawab Dicky.

Dicky lantas mencontohkan wabah SARS pada 2002 yang tak hanya terjadi dalam satu gelombang.

"Katakanlah SARS di 2003 sekalipun, dia pun punya serangan gelombang kedua terutama di negara-negara yang pelayanan kesehatan masyarakatnya masih rendah," sambungnya.

Dicky kemudian menilai, Virus Corona ini mirip dengan pandemi Flu Spanyol yang terjadi dalam beberapa gelombang.

"Kemudian di sejarah pandemi yang besar berikutnya yang para ahli saat ini, lebih merujuk merasakan adanya kemiripan di pandemi 1918 dan 1920 dengan yang saat ini terjadi," ujar Dicky.

Pandemi gelombang kedua pada wabah Flu Spanyol itu disebutkan bahkan lebih mematikan dibanding gelombang pertama.

Hal itu terjadi lantaran adanya pelonggaran setelah menghadapi gelombang pertama.

 

Epidemiolog, Dicky Budiman memperingatkan soal gelombang kedua Virus Corona di Indonesia.
Epidemiolog, Dicky Budiman memperingatkan soal gelombang kedua Virus Corona di Indonesia. (Channel YouTube metrotvnews)

"Pandemi pada saat itu memang memiliki gelombang kedua yang jauh lebih besar dampaknya daripada gelombang pertama akibat pengangkatan atau pengendoran dari upaya yang bersifat social distancing dan physical distancing," katanya.

Antar 7 Mahasiswa yang Positif Corona, Sopir Travel Lakukan Rapid Test dan Hasilnya Begini

Saat ditanya apakah penghentian PSBB bisa menimbulkan gelombang kedua, Dicky mengatakan risikonya bisa diperkecil dengan adanya tes yang makin besar.

Dengan tes bisa ditemukan seberapa besar orang yang terpapar.

"Jadi untuk kasus Indonesia sekali kita di dalam posisi kurva pertama atau gelombang pertama dari Covid-19 yang harus dilakukan untuk mencegah gelombang kedua pertama tentu kita harus tahu sebetulnya berapa persen dari populasi yang kita sudah imun itu yang bisa kita lihat dari misalnya tes yang kita tingkatkan."

"Cakupan tes yang kita tingkatkan bisa memberikan juga gambaran data berapa yang persen yang sudah terpapar atau terinfeksi," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved