ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Virus Corona

Indonesia Mulai Uji Coba Plasma Darah Penyintas Corona, Ahli Ingatkan Bukan untuk Pengobatan Massal

Satu di antaranya, mulai menguji plasama darah penyintas Virus Corona sebagai alternatif terapi bagi pasien.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas medis membawa pasien ke dalam ruang isolasi Gedung Pinere RSUP Persahabatan, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan menerima total 31 pasien dengan status dalam pemantauan dan pengawasan berkaitan dengan virus Covid-19 atau virus Corona dan saat ini masih diobservasi secara intensif. 

Salah satu penyintas Covid-19 di Indonesia yang sudah menyumbangkan plasma darahnya untuk uji klinis tersebut adalah Ratri Anindyajati, atau pasien 03.

Ratri mengatakan bahwa awalnya ia tak langsung yakin akan berpartisipasi dalam penelitian tersebut.

"Waktu awal di-approach sama Kemenkes melalui RSPAD [Gatot Soebroto] kan dibilangin, iya nih, ternyata ada penelitian bahwa plasma darah yang sudah sembuh bisa bantu yang sedang sakit. Tapi karena aku pribadi bukan orang medis sama sekali jadi begitu dikasih tahu bahwa itu nanti darah merahku diambil semuanya, terus masuk ke sebuah mesin, disaring plasma darahnya, itu takut saja sebenarnya. Itu bagaimana sih konsepnya? Mesinnya seperti apa?" kata Ratri.

Ia lalu memikirkan permintaan tersebut selama dua minggu, yang dipakainya untuk pelan-pelan membaca dokumen yang diberikan oleh pihak rumah sakit sebelum menandatangani pernyataan yang menunjukkan kesediaannya menjadi donor plasma darah.

Pihak rumah sakit, kata Ratri, sabar menanti sampai ia siap dan bersedia menjadi donor.

"Begitu [plasma darah] kita diambil, sakitnya itu seperti ada jarum masuk, jarumnya tebal banget sih, aku belum pernah lihat jarum pengambilan darah sebesar itu," ujar Ratri.

UPDATE Virus Corona di Papua: 155 Orang Positif Covid-19, Ini Penyebarannya

Ratri menyumbang 200cc darah, yang tidak semuanya diambil secara langsung. Prosesnya dilakukan dalam dua kali putaran: pertama, ia menyumbang 100cc darah.

Darah merah yang keluar masuk ke sebuah mesin, di mana terdapat sebuah selang untuk menyaring plasma darah yang masuk ke tabung lain. Darah merah yang sudah keluar lalu masuk ke tubuhnya kembali. Pengambilan darah 100cc yang berikutnya pun dilanjutkan dengan proses yang sama.

"Jadi total aku duduk di situ 45 menitan, hampir 50 menit, tanganku kesemutan," ujar Ratri.

Sementara itu adiknya dan ibunya, yang adalah pasien Covid-19 01 dan 02 di Indonesia, tidak bisa menjadi donor karena alasan kesehatan. Ia mengatakan, sang ibu telah melahirkan tiga kali, sehingga tidak bisa menjadi donor.

Meskipun awalnya takut, Ratri mengatakan ia akhirnya bersedia menjadi donor untuk kebaikan masyarakat bersama. Selain itu, ia menjadi tenang setelah diberitahu dokter bahwa menyumbang plasma darah tidak membuat kepala pusing dan reproduksinya di dalam tubuh hanya 15 hari, dibandingkan dengan donor darah yang reproduksinya bisa mencapai enam minggu.

Ratri, beserta adik dan ibunya, memilki tekanan darah rendah sehingga ia tidak pernah dibolehkan menyumbang darah.

"Memang takut, tapi akhirnya aku pikir it's for the greater good saja, dan sebenarnya the sooner vaksin untuk Covid-19 bisa ditemukan kan the sooner for everyone ...and to my own benefit, kalau aku sakit lagi dan vaksinnya sudah ada, kan itu lebih enak," katanya.

Fakta Wali Kota Tanjungpinang Syahrul Meninggal karena Virus Corona, Istri dan Dokter Juga Positif

Perlu protokol kesehatan yang aman

Amin Soebandrio, kepala LBM Eijkman, mengatakan saat ini pihaknya tengah menyusun protokol kesehatan yang aman bersama RSPAD Gatot Soebroto.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved