ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Gletser Puncak Jaya di Papua Diprediksi Punah Tahun Depan

Gletser abadi, Puncak Jaya di Papua ikut terkena dampak dari kian memanasnya suhu planet ini.

id.wikipedia.org
Puncak Jaya, Papua 

Proses mencairnya es yang cepat tersebut terlihat dari data grafis penyusutan luasan wilayah gletser dari tahun 1850-2018.

  • Tahun 1850: luas gletser 19,3 km2
  • Tahun 1972: luas gletser 7,3 km2
  • Tahun 2018: luas gletser 0,5 km2

Para ilmuwan memperkirakan bahwa gletser Puncak Jaya akan benar-benar menghilang pada tahun 2026, tetapi diprediksi kemungkinan bisa punah atau menghilang pada tahun 2021.

Ini menjadi petunjuk penting bagaimana perubahan iklim Bumi semakin dekat.

Usia Gletser Papua

Untuk diketahui, bahwa gletser Papua di Taman Nasional Lorentz adalah satu dari tiga gletser tropis yang tersisa di Bumi.

Gletser tropis di pegunungan Andes di Peru dan beberapa gunung yang tersebar di benua Afrika, luasannya juga semakin menyusut.

Akan tetapi, karena Puncak Jaya adalah yang paling rendah dibandingkan gletser tropis lainnya, maka kemungkinan akan menjadi yang pertama menghilang dari planet ini.

Setiap gletser memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh lingkungannya.

Saat musim kemarau di Afrika dan Amerika Selatan, debu dikumpulkan oleh hujan dan akhirnya berubah menjadi salju.

Baca juga: Asal-usul Anjing Bernyanyi Papua yang Paling Primitif, Sensitif Terhadap Cahaya Bulan Purnama

Apabila lapisan gletser diiris seperti kue, maka akan terlihat lapisan debu yang terkumpul tahunan dan ini bisa digunakan untuk menghitung usia gletser tersebut.

"Inti es Peru berumur sekitar 1.800 tahun, dan Afrika bisa kembali ke 11.000 tahun yang lalu. Tapi (gletser) Papua, karena selalu hujan, kita tidak bisa menghitungnya (usia) dengan mudah," kata Dr Donaldi.

Dr Donaldi akhirnya mencoba mengekstraksi inti es dari gletser Papua yang dilakukannya pada tahun 2010 lalu.

Lapisan es sepanjang 32 meter dibor sampai ke dasar.

"Tadinya, kami pikir bisa menemukan fosil daun atau serangga untuk menghitung usianya. Tetapi kami hanya menemukan satu indikator waktu," ungkap Dr Donaldi.

Dia menjelaskan pada kedalaman 24 meter, dia menemukan endapan trilium yang terkait dengan uji coba nuklir.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved