Anaknya Tewas di Kontainer Bersama 38 Migran Lain, Pria Ini Kasihan dengan Pelaku: Tidak Pantas
Ayah satu di antara 39 migran Vietnam yang mati lemas di dalam truk di Inggris, pada Selasa (22/12/2020) angkat bicara atas hukuman sopir truk.
TRIBUNPAPUA.COM - Ayah satu di antara 39 migran Vietnam yang mati lemas di dalam truk di Inggris, pada Selasa (22/12/2020) angkat bicara atas hukuman sopir truk.
Ia merasa kasihan kepada dua pria yang didakwa melakukan pembunuhan atas kematian itu.
Ada 39 mayat pria dan wanita ditemukan di dalam kontainer dekat London pada Oktober 2019, setelah mereka mati lemas dalam suhu yang terik.
Pengemudi truk Eamonn Harrison (24 tahun) dari Irlandia Utara, dan warga negara Rumania Gheorghe Nica, (43 tahun) dinyatakan bersalah oleh Pengadilan London pada Senin (21/12/2020) atas dakwaan pembunuhan 39 imigran serta penyelundupan manusia.
Mereka diperkirakan akan dijatuhi hukuman pada awal Januari dan bisa menghadapi hukuman maksimal penjara seumur hidup, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (22/12/2020).
Nguyen Dinh Gia, ayah dari korban bernama Nguyen Dinh Luong (20 tahun), menyatakan simpati kepada dua pria tersebut.
"Saya pikir mereka melakukannya hanya karena mereka ingin memenuhi kebutuhan. Saya rasa tidak pantas memberi mereka hukuman seumur hidup," katanya kepada AFP dari sebuah desa kecil di provinsi Ha Tinh Vietnam.
"Saya merasa kasihan pada mereka," imbuhnya.
Le Minh Tuan, yang kehilangan putranya yang berusia 30 tahun, Le Van Ha, memuji putusan pengadilan tersebut.
Baca juga: Dapat Pesan dari Bos, Sopir Kontainer Ini Kaget Ternyata Angkut 39 Warga Vietnam yang Telah Tewas
"Saya pikir keputusan pengadilan Inggris yang menghukum dua pria atas pembunuhan itu benar," katanya kepada AFP dari desanya di provinsi Nghe An.
"Jika mereka telah memberi para migran udara di dalam, orang-orang itu tidak akan mati," lanjutnya.
"Dalam kasus ini, saya kira supirnya tahu, tetapi dia terus menjalankan truk dan tidak memberikan udara kepada orang-orang di dalamnya," imbuhnya.
Mayat-mayat itu ditemukan di pelabuhan Purfleet Inggris tenggara setelah disegel di dalam kontainer setidaknya selama 12 jam.
Seorang ahli forensik memperhitungkan bahwa dibutuhkan sekitar 9 jam sampai udara berubah menjadi racun di dalam kontainer.
Para korban berusia antara 15 dan 44 tahun.