KKB Papua
Aksi KKB Buat Warga Trauma meski Situasi Sudah Kondusif, Ketua DPRD Puncak: Masyarakat Begitu Takut
Aksi penembakan yang dilakukan KKB di Kabupaten Puncak, Papua, dalam beberapa pekan terakhir, membuat masyarakat trauma.
Penulis: Musa Abubar | Editor: Astini Mega Sari
Laporan Wartawan Tribun-Papua, Musa Abubar
TRIBUN-PAPUA.COM - Aksi penembakan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Puncak, Papua, dalam beberapa pekan terakhir, membuat masyrakat trauma.
Warga merasa khawatir dan dihantui ketakutan akibat ulah KKB.
Bahkan untuk berkebun saja masyarakat setempat masih merasa ketakutan dan trauma dengan kejadian penembakan.
Sementara di ibu Kota Kabupaten Puncak, Ilga, aktivitas masyarakat di luar rumah hanya sampai pada pukul 17.00 WIT.
"Dampak dari penembakan guru di Distrik Beoga, penembakan tukang ojek dan pelajar di Ilaga membuat masyarakat begitu takut, mereka ke kebun saja sudah tidak bisa, kami takutkan dampak dari itu, masyarakat jadi lapar dan bisa menimbulkan persoalan baru lagi," kata Ketua DPRD Puncak, Lukius Newegalen ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Rabu (21/4/2021).
Lukius mengatakan, banyak guru dan tenaga medis yang saat ini memilih meninggalkan tempat tugas sehingga aktvitas di Distrik Beoga belum kembali normal.
Baca juga: Roda Pemerintahan di Beoga Belum Berjalan meski Kondisi Keamanan Mulai Kondusif Pasca-Teror KKB
"Memang kita akui di Distrik Beoga, sudah dikuasai oleh aparat TNI-Polri, namun masyarakat masih trauma mereka masih takut ke hutan, nah kondisi ini harus menjadi perhatian kita bersama," ujarnya.
Lukius mendorong pemerintah, aparat keamanan TNI-Polri untuk segera mencari solusi agar memberikan rasa aman bagi masyarakat di Distrik Beoga, lantaran Beoga menjadi salah satu distrik yang menunjang beberapa distrik di wilayah tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua KNPI Kabupaten Puncak Nopi Tabuni.
Nopi menyesalkan tindakan membabi buta yang dilakukan oleh KBB yang membunuh masyarakat.
Apalagi, lanjut Nopi, wilayah Ilaga dan Beoga merupakan wilayah bersejarah bagi gereja Kemah Injil di tanah Papua, sangat disayangkan jika terjadi pertumpahan darah di daerah yang diberkati Tuhan tersebut.
"Kepada teman-teman yang bergabung dalam organisasi Papua merdeka (OPM), kami berharap tindakan yang berlebihan dan merugikan banyak orang dihentikan, karena suatu perjuangan yang mereka jalani itu ada aturan, apalagi anak pelajar itu anak asli Puncak, kami saat ini sudah minoritas di atas tanah kita sendiri, kenapa harus mati lagi ditembak atau miras dan lainnya, sebagai pemuda, saya merasa kecewa sekali," katanya.
Baca juga: Tantang KKB, Bupati Puncak: Kalau Mau Perang Kami Siapkan Lapangan Perang, Jangan Buat Takut Warga
Lanjut Nopi, jika ada pemuda atau masyarakat yang dianggap sebagai mata-mata TNI-Polri, maka ada jalur lain yang bisa ditempuh, tapi bukan penembakan.
"Terhadap anak sekolah dan guru mereka meskipun dicurigai, kalau bisa ditangkap saja, atau diatur diselesaikan secara kekeueuargaan, jangan membabibuta," ujarnya.
Ia menambahkan, hingga kini masyarakat masih trauma, meski kondisi di Puncak mulai normal dengan kehadiran Bupati dan pemerintah daerah yang mulai melakukan kegiatan pemerintahan di Ibu Kota Kabupaten Ilaga. (*)