Sejarah dari Tradisi Saling Kirim Kartu Ucapan Natal yang Dimulai di Inggris hingga Kini Berkembang
Bagi umat Kristiani di seluruh dunia, saling mengirim kartu Natal memang sudah menjadi kebiasaan.
TRIBUN-PAPUA.COM - Merayakan Natal memang identik dengan memberikan ucapan melalui sebuah kartu.
Bagi umat Kristiani di seluruh dunia, saling mengirim kartu Natal memang sudah menjadi kebiasaan.
Apalagi, memasuki era digital seperti saat ini, mengucapkan Selamat Natal bisa melalui pesan singkat, Whatsapp, atau di media sosial.
Namun kapan, di mana, dan bagaimana kebiasaan mengirim kartu Natal itu dimulai? Siapa pula yang memulainya?

Baca juga: Sejarah Pohon Cemara yang Selalu Hadir di Setiap Perayaan Natal, Pertama Dikenal di Amerika Serikat
Baca juga: Tak Ada Cuti Bersama Natal pada 24 Desember 2021, Ini Kata Pemerintah
Kebiasaan mengirim kartu Natal dimulai di Inggris pada 1843. Sir Henry Cole, seorang pegawai negeri senior, adalah yang pertama kali melakukannya.
Cole membuat kartu Natal ini bersama dengan temannya, John Horsley, yang merupakan seorang seniman.
Mereka mendesain sendiri kartu Natal pertama tersebut dan menjualnya seharga 1 shilling.
Cole ingin orang-orang juga bisa saling mengirim ucapan Natal melalui kartu itu.
Kartu Natal Cole ini memiliki tiga panel. Dua panel terluarnya menunjukkan gambar orang-orang yang mengasihi fakir miskin.
Sementara, panel pusatnya memperlihatkan sebuah keluarga yang sedang mengonsumsi hidangan Natal.
Beberapa orang tidak menyukai desain kartu tersebut.
Sebab, ada gambar yang memperlihatkan seorang ibu memberikan wine kepada anaknya yang masih kecil. Meskipun begitu, sekitar 1000 kartu berhasil terjual.
Saat ini, kartu Natal pertama dari Cole tersebut sudah langka dan harganya pun sangat mahal.
Semakin Berkembang
Tidak hanya di Inggris, sebenarnya kartu Natal juga berkembang di Amerika Serikat pada akhir 1840.