Jalan SD Ditembok 3 Meter, Guru dan Orangtua Murid Harus Memutar Lewat Jalan Darurat yang Berbahaya
Warga di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya harus melewati kuburan dan perbukitan bekas galian C yang rawan longsor untuk menuju sekolah.
Nina pun mengaku saat melewati jalan darurat sering terjatuh di jalan terjal bekas perbukitan jalan darurat lewat belakang bangunan sekolah.
Jika seorang ibu yang mengantar anaknya pakai motor lewat belakang selalu pasti ada yang jatuh, karena jalannya penuh batu, sempit, menanjak dan membahayakan karena bekas galian C.
"Bahaya, kalau ke sini perempuan bawa motor itu sering banyak yang jatuh. Lihat saja jalannya seperti ini. Enakan ke depan yang sekarang ditembok beton," ungkap Nina.
Baca juga: Senat Soll Ditangkap di Markas KNPB Yahukimo
Tak punya jalan masuk
Sebelumnya, sebuah bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, tak memiliki akses jalan lagi usai ditutup bangunan benteng setinggi 3 meter oleh pemilik lahan pribadi di depannya.
Semula sebanyak 167 siswa dan guru di sekolah tersebut memiliki akses jalan utama dengan lebar sekitar 2 meter ke pinggir Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.
Namun, sejak awal tahun 2021 saat tak ada aktivitas pembelajaran tatap muka akibat pandemi akses jalan utama itu ditutup oleh seseorang yang mengaku pemilik lahan sah dengan benteng setinggi 3 meter.
Pihak sekolah pun sempat kebingungan akses jalan bagi murid untuk belajar saat dimulai kembali pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas saat penerapan PPKM Level 3 sejak dua pekan lalu.
"Awalnya, kita punya jalan utama ke depan jalan, karena sekolah kami di pinggir jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya. Namun, gak tahu kenapa ada keputusan sertifikat katanya dari BPN bahwa akses jalan sekolah tersebut milik seseorang. Nah, oleh pemilik lahan itu dibenteng 3 meter ditutup seluruhnya sehingga sekolah tak punya jalan masuk," jelas Kepala Sekolah SDN Tugu 2 Sri Mulyani, kepada wartawan di kantornya, Selasa (31/8/2021).
Sri pun mendapatkan informasi dari perwakilan orangtua dan komite sekolah bahwa awalnya pemilik lahan tak masalah membiarkan sebagian tanahnya dijadikan akses jalan utama sekolah.
Namun, ada informasi bahwa pemilik tanah khawatir bahwa tanahnya diklaim oleh sekolah lalu membentengnya setinggi 3 meter.
Permasalahan ini pun telah diketahui Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.
Baca juga: OPM Klaim Bertanggungjawab Atas Pembunuhan 4 Anggota TNI di Papua Barat
Bahkan, sempat ada pertemuan antara pemilik lahan, masyarakat sekitar, pihak sekolah dan dinas terkait setempat membahas berkaitan akses jalan sekolah ini.
Seusai ditutup benteng, lanjut Sri, pihak sekolah sama sekali tak memiliki akses jalan masuk.
Sehingga, ratusan murid sekolah tersebut terpaksa harus melewati jalan belakang menyusuri jalan persawahan dan lewat kuburan untuk bisa bersekolah saat PTM terbatas dibuka lagi.