Sedang Erupsi Gunung Ile Lewotolok Jadi Tempat Favorit Siswa SMP di NTT untuk Ujian Online
Walau gunung Ile Lewotolok sedang edrupsi, siswa-siswi di SMPN Satu Atap 3 Ile Ape Timur Hamahena harus naik ke lereng gunung mengikuti ujian online.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Walau gunung Ile Lewotolok sedang edrupsi, siswa-siswi di SMPN Satu Atap 3 Ile Ape Timur Hamahena, Kabupaten Lembata, NTT, harus naik ke lereng gunung untuk mengikuti ujian online, pada Selasa (19/10/2021).
Dari sekolah mereka terpaksa mendaki ke gunung sejauh 2 kilometer untuk mendapat jaringan internet.
Demi mengikuti ujian, mereka tak hiraukan erupsi Gunung Api Ile Lewotolok yang hingga kini tak kunjung henti.
Baca juga: Bakal Ada Kejutan, Hans Hamadi: Siap Tunjukkan Cahaya Keberhasilan
Dentuman keras dan gemuruh bahkan potensi lontaran material vulkanik mereka tak hiraukan.
Agustina Monika Dai, salah seorang siswi SMPN Satap Hamahena, mengaku, dirinya bersama teman-teman dan para guru begitu lelah saat mendaki gunung sejauh 2 kilometer.
Namun, yang paling penting bagi mereka adalah bisa terkoneksi dengan jaringan internet agar bisa mengikuti ujian online.
"Memang cape sebenarnya, tetapi paling penting adalah kami bisa ikut ujian online ini," kata Monika dikutip Tribun-Papua.com dari laman Kompas, Selasa (19/10/2021).
Monika mengatakan, sedari dulu hingga kini, sekolah dan tempat tinggalnya memang belum terkoneksi jaringan internet.
"Selama sekolah online, kami tidak bisa karena jaringan tidak ada. Sekarang karena ujian online, maka kami terpaksa naik ke lereng gunung," ujarnya.
Baca juga: Tower Setinggi 42 Meter Jadi Tempat Berkibarnya Bintang Kejora
Dikatakan, semua siswa di sekolah itu sangat merindukan adanya akses jaringan internet yang memadai.
Apalagi, kini, jaringan internet merupakan kebutuhan utama, karena semua urusan harus berbasis teknologi.
Terkait ancaman bahaya Gunung Ile Lewotolok, Monika dan kawan-kawan terkadang merasa takut.
Kadang pula ada yang hendak lari dari lokasi ujian. Namun, mereka selalu berhati-hati dan didampingi para guru.
Baca juga: Danyon Brimob Merauke: Terimakasih BKO Brimob Gorontalo Sudah Membantu Pengamanan PON XX
"Memang gunung bunyi terus ini dan kami takut. Tetapi, mau bagaimana lagi. Di sini saja yang ada jaringan internet," ungkapnya.
Monika pun berharap, Presiden Jokowi bisa membangun tower Telkomsel di sekitar sekolah, sehingga mereka tak perlu lagi naik ke gunung untuk mencari jaringan internet.
"Bapak Presiden Jokowi tolong lihat kami di sini. Kami butuh jaringan internet," pintanya.
Kepala Sekolah SMP Satap Hamahena, Yustinus Mado mengungkapkan, meski dalam keterbatasan fasilitas, pihaknya tetap memberikan pelayanan optimal kepada siswa-siswi.
Dikatakan, siswa-siswi yang ikut ujian online itu ada 84 orang.
Sebagian besar lokasinya terpisah dan jauh dari ancaman erupsi gunung.
"Ada 18 siswa dari Desa Lamagute ikut ujian persis di lereng Gunung Ile Lewotolok," kata Yustinus.
Baca juga: Bupati Kuansing Riau Andi Putra yang Terjaring OTT KPK Belum Laporkan Harta Kekayaannya
Dirinya mengaku, sudah bertahun-tahun sekolah mereka melaksanakan ujian tanpa internet.
Bahkan, mereka sempat memboyong para siswa ke Kota Lewoleba demi mendapatkan akses internet.
Selain internet, kata Yustinus, kendala utama mereka di sekolah dalam pelaksanaan ujian online itu adalah banyak anak tidak punya smartphone dan kesulitan pulsa data.
Baca juga: Kisah Pendaki Hilang di Gunung Andong, Terjebak di Jurang 30 Meter Lalu Telepon Keluarga Minta Tali
Guru-guru dan siswa yang mempunyai paket data bisa membagikan hotspot bagi siswa lain yang tidak punya pulsa data.
Terkait siswa yang ujian di lereng gunung, ia mengakui ada potensi bahaya karena wilayah itu masuk dalam zona merah bencana Badai Seroja dan Erupsi Gunung Api Ile Lewotolok.
Untuk mencegah hal tersebut, pihak sekolah selalu menugaskan tiga orang guru untuk mendampingi siswa selama ujian berlangsung.
Ia pun begitu merindukan adanya jaringan internet di sekolah ia mengabdi dan tempat tinggalnya.
"Sinyal Telkomsel saja di sini tidak ada, apalagi internet. Selama ini kami harus mendaki gunung atau ke Kota Lewoleba baru bisa komunikasi dengan orang lain. Semoga ini menjadi perhatian pemerintah," ujarnya. (*)