G30S PKI
Sorotan Media Asing Atas Tragedi G30S PKI 1965: Ada Propaganda Hitam Inggris
Media yang berdiri sejak 1821 ini mengungkapkan bahwa Inggris berperan dalam menghasut pembantaian 1965-1966 oleh tentara Indonesia, milisi dan warga.
SCMP yang berdiri sejak 1903 ini mengungkapkan bahwa campur tangan Inggris mengakibatkan ketakutan yang meluas atas pengaruh komunisme dan sentimen anti-China, meskipun tidak ada bukti bahwa China terlibat dalam gejolak periode tersebut.
Dokumen-dokumen deklasifikasi tersebut menyoroti bagaimana propaganda Perang Dingin Departemen Riset Informasi Kementerian Luar Negeri Inggris, mengambil keuntungan dari kudeta yang gagal di Indonesia oleh sekelompok perwira militer sayap kiri pada 30 September 1965.
Dikatakan bahwa perwira kiri Indonesia membunuh 6 jenderal paling senior Angkatan Darat, diyakini bahwa mereka telah merencanakan untuk menggulingkan Soekarno dan melemahkan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang mendukung Soekarno.
Peristiwa itu dimainkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, yaitu Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Negara-negara tersebut sudah dikenal memerangi komunisme selama Perang Dingin dan bersemangat menyingkirkan Soekarno yang berhaluan kiri.
Baca juga: Petaka G30S PKI dan Kekuasaan Soekarno Dilucuti
Unit propaganda Inggris memanfaatkan peristiwa 30 September 1965, dengan memicu desas-desus bahwa PKI berada di balik kudeta yang gagal.
Inggris mencetak buletin yang seolah-olah ditulis oleh para patriot Indonesia yang mendesak rekan-rekan senegaranya untuk menghentikan “kanker komunis”.
Klaim semacam itu membantu memicu pembantaian anti-komunis nasional besar-besaran yang didorong oleh tentara Indonesia, dipimpin oleh Jenderal Soeharto, yang menewaskan sedikitnya 500.000 orang dan mungkin sebenarnya bisa sampai 3 juta orang, menurut laporan SCMP.
Di antara para korban pembantaian 1965-1966 adalah masyarakat yang dianggap condong ke kiri, seperti orang-orang peranakan Tionghoa, buruh, pelajar, guru, seniman, dan petani.
Peristiwa pembantaian 1965-1966 itu kemudian disebutkan oleh SCMP juga membuka jalan bagi Jenderal Soeharto untuk merebut kekuasaan negara dari Soekarno, dan memulai kediktatoran yang akan berlangsung lebih dari 30 tahun.
SCMP mengatakan bahwa tidak baru-baru ini saja muncul bukti keterlibatan Inggris dan negara Barat lainnya terkait pembantaian 1965-1966 di Indonesia.
Baca juga: Kisah Chambali Anggota Banser Jadi Algojo PKI, Murka Karena Ulama Dinista
Pada 2016, Pengadilan Rakyat Internasional (IPT) untuk tahun 1965 di Den Haag merilis sebuah laporan yang menuduh AS, Inggris, dan Australia telah berperan dalam pembantaian di Indonesia.
Tahun berikutnya, Arsip Keamanan Nasional AS mendeklasifikasi materi, termasuk telegram dan surat yang dimiliki oleh Kedutaan Besar AS di Jakarta periode 1964-1968.
Isinya menunjukkan bahwa AS secara aktif mendukung Angkatan Darat Indonesia untuk memusnahkan orang-orang yang dituduh komunis.
“Kami sebagai korban marah. Rekonsiliasi tidak mungkin tanpa kebenaran, jadi tolong (ungkapkan) kebenarannya," kata Bedjo Untung, Kepala Lembaga Studi Indonesia tentang Pembantaian 1965/66, mengatakan kepada This Week in Asia.
"Negara-negara Barat juga harus mengakui keterlibatan mereka dan saya mendesak negara-negara itu, yang diuntungkan oleh jatuhnya Soekarno dan kehancuran PKI, untuk meminta maaf,” tandasnya.