Peparnas XVI Papua
Kisah Tim Therapis NPCI, Tangani Atlet Cedera hingga Atlet Frustasi di Peparnas XVI Papua
Berdasarkan pengalaman sejauh ini di Peparnas XVI Papua, hampir semua mengalami cedera, sebelum kita datang karena sebelumnya belum ada tim therapis
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: M Choiruman
"Ketika latihan tidak dibarengi dengan cedera, yang tidak ditangani, maka akan berakibat fatal," tegasnya.
Bantu Atlet Pulih dari Cedera
Sebagai salah satu tenaga yang dibutuhkan saat proses pemulihan atlet ketika latihan dan bertanding, peran Tim Therapis NPCI Papua sangat vital di Peparnas XVI.
Bagaimana tidak, Meygetta dan Hanif serta rekan-rekannya yang tegabung dalam tugas dan tanggung jawab yang sama, harus dapat memastikan kondisi cedera para atlet dan menyatakan dapat bertanding atau tidak.
• Atlet Para Badminton, Dheva Anrimusti Tak Menyangka Presiden Jokowi Tonton Permainannya
Peran dan fungsi mereka sebagai Tim Therapis NPCI Papua, merupakan suatu tugas moril yang harus diembannya, sebagai suatu nilai kemanusiaan.
Hal itu dikatakan Hanif, karena berdasarkan pengalamannya ia bersama teman-temannya, harus dituntut profesional dan kerja all out atau maksimal.
"Ada satu kasus, dimana waktu pertama kali datang ke sini (Papua), atlet bernama mas Joko, beliau cedera di bahu dan tangannya," kisahnya.
Saat itu, Hanif mengisahkan, tim langsung melakukan proses penanangan terapi khusus, dan langsung pihaknya mengkoordinasikan kepada pelatih, untuk sementara tidak mengikuti latihan.
• Penutupan Peparnas XVI Papua, Presiden Jokowi Ungkapkan Isi Hatinya: Papua Luar Biasa
"Jadi waktu itu selama 3 minggu, atlet bersangkutan diberikan program pelatihan khusus sampai sembuh," ucapnya.
Ternyata, selidik punya selidik, atlet tersebut sebelumnya pernah mengalami frustasi berat.
"Sampai beliau curhat kepada kami, ingin diamputasi tangannya, sangking sakitnya, tetapi sekarang alhamdulillah di Peparnas XVI bisa sumbang 1 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu," jelas Hanif.
Hanif mengatakan, itu merupakan 1 kasus dari sekian banyak yang telah berhasil, dipulihkannya kembali dengan cerita mereka masing-masing.
• Presiden Puji PON dan Peparnas XVI Papua: Saya Tegaskan Bukan Hanya Torang Bisa Tapi Torang Hebat
"Tentu selain tanggung jawab, ini merupakan amanah, tugas dan kepercayaan bagi kami, maka kerjanya pakai hati," ucap Hanif.
Pria berkulit sawo matang itu, mengaku sangat bersyukur dengan pekerjaan sebagai therapi atlet yang ia jalani.
Secara jajaran tim, menurut Hanif, normalnya harus memiliki pelatih, asisten pelatih, pelatih fisik, dan tenaga terapinya.